Welcome to my Word

Selasa, 26 Juni 2012

5 4 3 2 1


5 4 3 2 1
Kanker,,,,ya kanker
Seketika tubuhku melemas ,ketika  dokter memvonisku menderita kanker stadium 4, stadium dimana aku tidak bisa disembukan lagi. Semakin remuk sekujur tubuhku saat dokter lagi-lagi memvonis umurku tinggal 4 bulan. Lengkap sudah penderitaanku. Aku tak pernah mengira semua ini terjadi padaku. Aku merasa saat itu Tuhan tak pernah adil dan sayang padaku. Apa salahku hingga harus aku, masih banyak orang lain di luar sana dan kenapa harus aku….?
00
Aku Andi, usiaku baru menginjak 16 tahun saat dokter memfonisku menderita penyakit kanker stadium 4, dan memfonis umurku tinggal 4 bulan lagi. Kanker, seakan semuanya merengut hidupku. Tak ada lagi artiku di dunia ini. Siapa aku..? akupun tak tahu. Jangan Tanya kenapa? Karena akupun tak tahu. Tanyakanlah pada Tuhan yang telah merenggut semua kebahagianku. Yang telah merenggut apa yang telah aku miliki sekarang. Harta,kedudukan,orang terkasih tak ada lagi gunanya bagiku,toh aku akan mati. 4 bulan lagi. Hahaha. Naas nasibku. Jika aku harus bertanya. Apa salahku Tuhan..? bukankah aku selalu menjalankan semua perintahmu.? Ah bulshit, Tuhan itu tidak pernah ada. Mana buktinya kalau dia ada. MANA? Bulshit semua orang mengatakan Tuhan itu ada, mengatakan jika Tuhan memiliki rencana yang indah dibalik sebuah masalah. Tidak untukku karena ini aku, bukan kalian. Rencana indah itu adalah KEMATIAN yang bahkan akupun tidak tahu apakah aku siap UNTUK MATI.
Hidupku sudah hancur hingga berkeping-keping. Tak ada lagi pelangi di indahnya senja, tak ada lagi rembulan di indahnya malam, yang ada hanya kesuraman. Percuma buat apa aku lakukan kemoterapi. Tak ada hasil, Tuhan tetap saja akan merenggut nyawaku, percuma semuanya tak akan menambah usiaku. Ah, Tuhan memang tak pernah ada. Jika Ada tunjukanlah kuasamu Tuhan….
“Kakak…. Kenapa kakak harus kayak begini trus…please kak, Satrya sayang kakak.. cuman kakak yang Satrya punya…..”Ujar Satrya sambil merampas bir yang sedang aku genggam
“Buat apa kamu urusin kakak, toh kakak akan mati, ,,,”bentakku sambil mendorong tubuh Satrya kasar
“Kakak, kakak gak akan mati, kalo kakak mau tetap dikemoterapi dan tetap berdoa sama Allah, kakak pasti akan tetap ada untuk Satrya disini..”
“Omong kosong, percuma kakak terapi selama ini,Kakak gak akan Sembuh. Dan 1 hal yang perlu kamu Tahu.,,, T U H A N seperti yang kamu bilang itu gak pernah Ada. Dan tak akan pernah Ada. Ngerti kamu..”
“Astagfirullah, kakak,kakak gak boleh bicara seperti itu ,Allah selalu ada untuk hamba-hambanya yang membutuhkannya. Allah gak akan memberi cobaan melebihi kemampuan umatnya, yakinlah kak, kalo kakak tetap berdoa kepada Allah, kakak pasti di beri kesembuhan,,tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki.…..”
“Alah, Buulshit, makan tuh Tuhanmu…..”Ujarku sambil berlalu dari hadapan Satria. Aku muak. Muak dengan semuanya. Muak dengan Tuhan yang setiap saat di katakana oleh Satrya. Hatiku memang sudah membeku. Biarkanlah aku mati membawa sisa-sisa hatiku yang telah hancur.
00
Aku terbangun dari tidurku, namun aku tak tahu aku ada dimana, jalan membentang seperti labirin-labirin rumit. Aku Sendiri, ya aku sendiri lagi. Aku tak tau bagaimana keluar dari labirin ini. Aku diam sejenak, melihat-lihat sekitarku, tak ada orang,gelap hanya seberkas cahaya yang menerangi. Aku mencoba berjalan melintasi labirin-labirin itu, mencoba berhati-hati agar aku tak menabrak apapun. Lama rasanya aku berjalan, serasa sudah berbulan-bulan aku dilabirin ini, namun aku tak kunjung menemui jalan keluar. Aku selalu kembali ditempat semula aku datang, aku lelah, aku sangat lelah. Namun aku tak boleh lemah, aku harus kuat. Aku coba berjalan kembali, hasilnya nihil,sama saja, tempat itu semakin gelap. Aku sangat merasa lelah, aku ingin menangis, aku benar-benar sendiri. Aku tak boleh lemah, ya demi Satrya. Aku sadar kematian kian dekat menemuiku. Apakah aku akan mati? Ya Tuhan, aku belum siap, belum siap untuk mati. Kenapa sekarang? Kenapa sekarang aku baru sadar jika kematian itu ada,jika TUHAN itu ada, jika kesempatan itu pasti ada. Aku takut, ya aku takut MATI. .Tuhan, tolong aku. Tiba-tiba dalam kesendirianku, aku merasakan seakan Tuhan tepat ada disampingku, membelai rambutku, membuatku lebih tenang, aku merasa Tuhan sungguh dekat denganku, ia dia ada didalam Hatiku, aku tau aku tidak sendiri, aku tau Tuhan itu ada, aku tau dia sedang merangkulku kini, membawaku pergi bersamanya. sungguh hatiku damai. Tuhan aku tau kau ada. Dibalik rembulan itu terselip janji manismu. Aku tahu di balik rembulan ada engkau Ya Rabbi. Dan tiba-tiba ada segumpalan cahaya tepat disampingku, tak sadar akupun berdiri dari dudukku, aku melihat saksama cahaya itu, sekelebat muncul bayangan orang-orang yang aku sayang. Mungkin kah ini doa dari orang-orang yang menyayangiku? Cahaya itu bergerak seakan menuntuntuku untuk menjauh dari labirin ini, aku mengejarnya. Semakin jauh aku mengejarnya, cahaya itu hilang tergantikan dengan pintu berhiasakan emas dan berlian, terlihat sangat besar dan di dalam pintu itu aku melihat begitu banyak cahaya. Di depan pintu aku melihat Satria sedang mengaji disamping ranjangku. Dengan langkah hati-hati aku memasuki pintu itu,namun cahaya itu sangat terang, aku tak bisa melihat, ku tutup mataku untuk mengahalangi cahaya itu dan ketika Aku kembali membuka mataku perlahan-lahan,aku tidak lagi berada diantara cahaya itu, aku berada di ruangan luas bercat putih. “Satrya…”panggilku perlahan..
“Kakak…Alhamdulillah ”balas Satrya sambil tersenyum
Aku diberikan kesempatan hidup sekali lagi. Aku sadar Tuhan memang ada, karena dia masih memberiku kesemapatan hidup 1 kali lagi untukku orang yang selama ini menggapnya tak Ada, orang yang jauh dari-Nya. Aku sadar bahwa hidup itu hanya sementara, mau tidak mau kita akan mati. Aku sadar jika usia itu bukan semakin bertambah tetapi kian hari kian berkurang seperti hitungan angka 5 4 3 2 1  begitulah usia kita. Semakin hari usia kita makin menuju kematian. Ingatlah setiap kehidupan selalu ada masalah, setiap kesalahan selalu memiliki kesempatan untuk berbuat kebaikan. Aku sadar ada Tuhan dibalik rembulan mengawasi semua orang baik yang selalu bermunajat kepada-Nya maupun orang yang jauh dari-Nya. Dan aku tak ingin melepasnya, karena jika sekali saja kau bersamanya, kau mencintainya maka kau tak ingin melepasnya, hanya bersamanyalah segala sesuatu merasa tenang.
            TUHAN AKU TAU KAU ADA……!!!
Ya Rabbi,,, terimakasih untuk-Mu aku panjatkan Tuhan Semesta Alam, tiada Tuhan selain Allah swt…..
00
           
NAMA                   : NURFITRIA HARIYANI
TTL                         : narmada,30-03-1993
Universitas              : UAD                 
Fakultas                  : Kesehatan Masyarakat
ALAMAT              : GLAGAH SARI UH IV 536 C Yogyakarta
No hp                      : 081907869945
EMAIL                   : olive_cute93@yahoo.com






Selasa, 12 Juni 2012

DIPENGHUJUNG SENJA

Muhammad Rizky
Bin
Pratama
Lahir 3 maret 1981
Wafat 4 Desember 2004
Tujuh tahun berlalu setelah kak Iky meninggalkanku sendiri. Sosok kakak yang begitu aku sayangi. Sosok kakak bagai pahlawan ke-2 bagiku meninggalkanku karena penyakit kanker darah yang memaksaa perpisahkanku dengannya. Di nisan itu jelas tertulis namanya, didepan gundukan tanah yang sudah lama ini aku duduk, mengukir seucap doa untuk sang pahlawanku ini, dan hanya sekedar membasahi makamnya yang telah mengering. Mungkin tak pernah ada yang merawatnya sejak 1 tahun yang lalu ketika aku terakhir datang mengunjunginya. Aku Tio, Muhammad Prasetyo, usiaku kini 23 tahun. Aku bekerja disalah satu rumah sakit ternama di kotaku. Ya aku seorang dokter, namun tanpa sang pahlawanku aku tak akan mampu meraih semua itu. Sang pahlawan yang rela melakukan apapun demi melihatku bahagia walau dia tau dia sedang ada diambang kematian. Surat terakhir darinya masiih aku genggam, surat yang sudah lusuh 7 tahun yang lalu.
◊◊◊
“Kakak,,, kakak jangan berhenti kuliah. Biarlah Tio yang berhenti. Lagian tanggung banget kakak lagi sebentar skripsi,,,  sedangkan Tio baru kelas 2 SMA”ujarku menolak keputusan kakaku yang ingin berhenti kuliah
“justru karena kau baru SMA Tio, kakak ingin kau merasakan indahhnya masa-masa SMA dan melanjutkan cita-cat kau dek. Masalah kakak Ah, janganlah kau fikirkan itu, lagipula mana ada biaya kakak untuk melanjutkan kuliah, biaya untuk skripsi tidaklah murah, biar kau saja yang meraih mimpimu, disini kakak yang bertanggung jawab, kau bahagia,kakak pula ikut bahagia. Tetaplah kau bersekolah Tio “ jawab kakaku santai sambil meninggalkan aku yang termenung meresapi kata-kata kakaku. Tiba-tiba bulir demi bulir air mataku jatuh, yah aku menangis. Cengeng memang, aku lelaki kelas 2 SMA menangis. Tetapi biarlah.
    Hari itu tepat 1 minggu kematian ke dua orang tuaku. Benar-benar ironis, mereka meninggal dalam waktu berselang seminggu meninggalkan aku dan kak Iky sendirian. Dulunya kami tak perlu harus memilih antara sekolah ataupun tidak, karena memang orang tuaku bisa dikatakan kaya. Namun semenjak orang tuaku bangkrut tiga minggu yang lalu, kita semua harus memilih. Apalagi seminggu setelah itu ayahku  meninggal akibat serangan jantung, kemudian disusul oleh ibuku yang belum bisa menerima kematian ayah. Jadilah tinggal kami berdua sekarang. Tak ada harta yang ditinggalkan kedua orang tua kami,hanya sejumlah uang, itupun tak seberapa untuk membiayai hidup kami, bahkan tempat tinggalpun kami tak ada, semua telah disita oleh bank. Sekarang kami mengontrak dan kak Rizkylah yang membanting tulang untuk membiayai semuanya sampai harus mengorbankan kuliahnya yang hanya tinggal hitungan bulan lagi.
    Kak Rizky, aku biasanya memangginya kak Iky, panggilan kesayanganku. Sosok pahlawan bagiku. Namun entah mengapa, sosok kakak yang dulu pendiam kini berubah 180 derajat, kini dia berbeda. Sejak ayah dan ibu meninggal dia menjadi lebih ceria, selalu menampakan senyum termanisnya didepanku. Perubahan yang sungguh aneh. Atau mungkin dia hanya ingin membuatku terus tersenyum dengan candaannya agar aku lupa dengan keadaan kita sekarang,ah dia, dia memang tak ingin membuatku bersedih, dia memang tak akan pernah bisa melihatku menangis.
◊◊◊
“Hay Hpku mana yah,,,,,?” batinku dalam hati sambil mengobrak abrik kamarku.
“ah sialan, gak ada dimana-mana, jelas-jelas tadi ada, loh kok sekarang bisa hilang. Masa sih ada tuyul ngepet pagi-pagi gini...”ujarku kesal sambil menendang tembok dan alhasil kakiku memar
“walah, sial benar nasipku “ ujarku meringis sambil berjaan keluar
“ Kak, lihat HP Tio gak,,,,?”tanyaku,,,,
“Gag tuh,,,,penyakit kau kumat lagi tu dek”jawabnya sekenanya
“ah kakak,,,,hmm Mana yah....” tanyaku bingung sambil melanjutkan pencariianku
10,20,30 menit berlalu, ah aku lelah, hp itu tak kunjung aku temui.
“Biarlah. Mungkin jika memang jodoh bakal kembali kali yak.hehhee” batinku sambil menghibur hati sendiri. dan akupun merebahkan tubuh di sopa ruang tamu, namun baru saja aku ingin menikmati kelelahanku tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Akupun bangkit dan membukakan pintu. Ku lihat sosok perempuan, sepertinya aku mengenalnya
“Nanda.....?”tanyaku
“Ia Tio, ini aku Nanda”jawabnya ceria
“loh, Ngapain kamu kesini....?”tanyaku agak tak suka, aku memang tak pernah suka jika ada teman perempuan yang berkunjung ke kontrakanku ini
“Loh, bukannya kamu yang menyuruhku datang kesini toh Tio,,,,”Jawabnya bingung
“Aku,,,? aku tak pernah menyuruhmu datang kesini, kapan?”tanyaku bingung
“Kau lupa Tio, mungkin kau juga lupa bahwa kita telah jadian “ katanya menimpali
“Walah, kapan kita jadian Nanda, aku pun tak tau,,,,?”tanyaku semakin bingung
“Baru saja, 20 menit yang lalu aku menelfon kau, aku menyatakan perasaan aku padamu dan kau menerimaku, kemudian kau menyuruhku kesini...”ujarnya polos
“Telpon, ah Nanda, aku tak pernah mengangkat telpon kau. Sejak setengah jam yang lalu Hpku hilang,,,, akupun tak tau sekarang dimana....”ujarku menjelaskan
“Jadi.....?”tanya Nanda lagii
Aku sudah tak sabar lagii, ah pasti ini ulah kak Iky,, kakaku yang satu ini memang jahil
“KAKAAKKKKKKKKKKKKKKKKKK”Teriakku keras sekali
“Ada apa toh adekku tersayang ?”tanyanya dengan senyum yg tanpa dosa itu
“Kakak balikin deh HP adek, jangan usil kenapa “ ujarku dengan tampang galak
“Niih, makanya jangan jadi orang pelupa....” ujar kakaku sambil terkekeh
Sialan,ne orang sukanya mengerjaiku
“Lanjutlah pacarannya dek,,,,Hahahha,,,,,”  tawanya sambil meninggalkanku dengan Nanda.
Dia tertawa bahagia karena berhasil menjahiliku
“Sialan”gumanku kesal
“Ah, aku harus bagaimana sekarang” tanyaku dalam hati, bingung Menjelaskan pada Nanda kalau aku tak menyukai dirinya, lagi pula aku sedang tak ingin pacaran, aku tak mau gara-gara pacaran membuat pengorbanan kakak Rizky sia-sia.
“Tio....”panggil Nanda membuyarkan lamunanku
“Iya Nan,,,,?”tanyaku gugup
“Bagaimana....?”tanyanya lagii
“Bagaimana apanya.....?”tanyaku pura-pura tak tahu
“Hubungan kita,,,,?”sambungnya
“Ah, maafkan aku Nanda,bukannya aku tak menyukaimu, benar aku menyukaimu namun hanya sebatas teman saja, lagipula aku sedang tak ingin berpacaran...”jawabku hati-hati
“Baiklah Tio, aku mengerti. Namun kita masih bisa berteman kan”?tanyanya penuh harap. Kulihat matanya basah, mungkinkah dia menangis? Ah aku merasa berdosa, aku memang tak mengerti wanita.
“Iya Nanda, aku mohon maafkan aku, maafkan aku dan kakakku yang telah mengerjaimu...” jawabku gamang
“Baiklah Tio, aku sudah maafin kok, lagi pula kau tak salah...”ujarnya sambil berlalu meninggalkanku yang masih bimbang dengan situasi ini.
Ah kak Rizky, sungguh aku sangat kesal dengannya hari ini. Tega benar dia melakukannya padaku. Aku beranjak dari tempat dudukku menuju kamar kak Iky, ingin memakinya sepuas hatiku, namun sebelum aku mengetok pintu kamarnya, aku mendengar suara batuk dari dalam, suara kak Iky, menahan batuknya agar tak ada yang mendengar. 1,2,3, kali batuk itu terdengar dan makin parah. Rasa amarahku yang tadi memuncak kini berganti dengan rasa khawatir
“Kakak,,,,kakak gag kenapa” kan...?”tanyaku khawatir
“Gag dek,, adek istirahat gih, kakak baik-baik saja, cuman batuk biasa kok” jawabnya dari balik pintu
“Beneran,,,,?”tanyaku tak percaya
“percalah dek, kakak baik-baik saja, lagian kakak sudah minum obat kok,sudah  sana gih ke kamar kakak mau istrahat....”
    Dengan langkah berat aku tinggalkan kakaku sendirian dengan sakitnya, dia tak membiarkan aku untuk mengurusnya. Padahal jika ku sakit, dialah orang yang paling khawatir denganku. Ada rasa yang mengganjal dihatiku, entah itu apa. Aku sungguh takut jika terjadi sesuatu dengannya.
“Ah,,, kakak, aku takut kakak meninggalkanku....”batinku, namun segera ku tepis dalam-dalam fikiran itu.
“cepat sembuh kak” doaku dalam hati
◊◊◊
“Dek, adek kenapa.....?”tanya kakak Iky panik ketika aku tak bisa bangun dari tempat tidurku,wajahku pucat, aku tak menjawab pertanyaan kak Iky
“Badan kau panas dek,, wajahmu pucat,...ayo kita ke dokter....”ujarnya, terlihat raut wajahnya sangat khawatir
Aku hanya menggeleng, tak ingin menghabiskan uang jerih payah kakaku hanya untuk berobat, lagian aku hanya sakit biasa, tak perlu dikhawtirkan. Namun sepertinya kakaku tak menghiraukanku, digendongnya aku menuju rumah sakit. Rumahku memang agak terpecil jauh dari keramaian kota. Dengan sabar kakaku menggendongku ke rumah sakit karena memang aku tak kuat untuk berjalan. Aku lihat peluh diwajahnya, tak sedikitpun ia hiraukan. Napasnya mulai tak teratur. Oh kakaku, begitu besar pengorbananmu untukku. Ah aku sudah tak kuat lagi, aku tak kuat lagi berpegang dileher kakaku, dengan sigap dia menahanku dengan kedua tangannya agar aku tak terjatuh
“Sabar dek,,,, sabar,,,,please..”ujarnya,,,, ada setetes air mata jatuh dipipinya, aku dapat merasakan itu, ya dia menangis. Namun aku tak bisa merasakan lebih lama lagi air matanya yang jatuh, tiba-tiba semua gelap, sangat gelap. Mungkinkah aku mati? Oh jangan, aku belum ingin mati, aku belum membahagiakan Kakak Iky,,,,,
◊◊◊
Aku terbangun dari tidurku, kulihat Kak Iky tidur disampingku. Ah aku ada dirumah sakit Rupanya.
“Kakak,,,,”panggilku perlahan, keadaanku sudah makin membaik
“hmm, adek udah bangun to?”tanya kak Iky tersenyum
“Tio sakit apa kak...?”tanyaku
Kak Iky hanya menggeleng diikuti dengan senyum khasnya
“Kenapa kita masih disini kak..?,ayo kita pulang, kita kan tak punya biaya opname dirumah sakit....” ujarku
“Jangan dipikirkan, uang tak masalah bagi kakak, yang penting adek bisa sembuh itu yang terpenting buat kakak “jawab kakaku sekenanya
Lagi dan lagi aku di buat terkesan oleh sosok kakakku ini, rela melakukan apapun demi aku. Dan aku hanya bisa menghabiskan hasil jerih payahnya selama ini. Akupun mulai menangis
“Hey,,, adek kenapa menangis,,,?apa yang sakit dek, beri tahu kakak...?”tanya Kak Iky mulai khawatir melihatku menangis
Aku hanya menggeleng, berusaha bangkit dari tidurku, lalu memeluk kak Rizky, menangis sejadi-jadinya. Kak Rizky membiarkanku menangis dipelukannya. Aku benar-benar merasa nyaman ada disampingnya merasa kembali kemasa kanak-kanak ku dulu yang bisa bermanja ria dipangkuan ibuku namun sekarang aku ingin bermanja dipelukakkan kakaku tercinta.
“hey sudah, jangan menangis lagi,, kalau kau menangis cuman karena uang, janganlah menangisi itu dek, kakak bisa cari lagi, namun kalau adek ada appa-apa kakak tak bisa menemui adek seperti kau lagi “ jelasnya padaku seolah mengerti apa yang aku rasakan.
“Kakak,, aku sanyang kakak,,,,”bisiiku pelan ditelinganya sebelum melepaskan pelukanku
Kakak Rizky hanya tersenyum......
◊◊◊
1 tahun sudah berlalu sejak kematian kedua orang tuaku. Aku tak bisa berdiam diri melihat kak Iky pulang malam hanya itu mencari sesuap nasi. Selalu dan selalu begitu. Entah apa yang dia kerjakan diluar sana sampai harus pulang selarut malam ini
“Kakak,,, pulang malem lagi....” Tanyaku tak suka dengan kelakuannya
“Kau belum tidur dek....” Tanyanya mengalihkan petanyaanku,kulihat peluh membasahi seluruh tubuhnya
“jangan mengalihkan pertanyaan kak, apa yang kakak lakukan diluar sana sampai harus pulang selarut ini,,,?” tanyaku agak keras
“Kau tak perlu tau dek,,,,,jangan urus kakak,, sana tidur....” jawabnya santai sambil masuk kekamarnya. Dengan geram aku melangkah masuk kekamarku. Ah kakakku berubah. Ada apa dengannya, tak biasanya dia pulang selarut ini. Sudah hampir 6 bulan dia lakukan semenjak Percakapan 6 bulan yang lalu,dan percakapan itu mulai terngiang lagi dkembali terngiang di telingaku,,
“Kau mau lanjut kuliah kemana dek,,,,”tanya kakak Iky
Aku hanya diam, tak ingin membebani kak Rizky dengan cita-citaku yang setinggi langit ini
“jawab dek,,,,”
“jangan ragu, katakanlah,,, kakak akan lakukan apapun demi membuatmu bahagia...”ujar kak Iky
“Dokter,,,,”Jawabku agak ragu, takut kak Iky akan membentakku dengan keingin konyol yang memerlukan biaya mahal meskipun dengan beasiswa
“Baiklah dek, kakak akan usahakan,,,,”Ujarnya sambil menepuk bahuku kemudian berlalu meninggalkanku.
    Ah, mungkinkan karena itu kakak selalu pulang larut malam? Tapi kenapa dia lagi-lagi harus menyiksa dirinya hanya untuk kebahagian aku? Sedangkan kebahagian dia tak pernah dia fikirkan sedikitpun. Aku tak pernah mengerti jalan pikirannya Kak Rizky, bahkan pekerjaannya pun tak pernah aku ketahui secara pasti, dan akupun tak pernah menanyakannya. Aku tak ingin menyinggung hatinya yang telah berkorban banyak untukku ini. Namun aku putuskan untuk mencari tau semua itu. Mulai besok.
◊◊◊
Hari ini aku memutuskan untuk mengikuti segala gerak-gerik kak Rizky. Aku ingin tau apakah dia menghidupiku selama ini dengan uang halal ataukah haram. Kusiapkan diriku sedini mungkin, dan ternyata kak Rikzy sudah bersiap akan berangkat. Sejak 6 bulan terakhir ini aku tak pernah tau jam berapa kak Iky akan mulai berangkat kerja. Begitu dini jam 04.00, untung saja aku sudah terbangun sejak tadi. Namun sebelum kak Iky berangkat kerja tak lupa dia menyiapakan sarapan untukku, dan sepucuk surat pastinya. Kebiasaan yang selalu dia lakukan sebelum berangkat kerja. Ku lihat dia telah keluar dari rumah. Sekilas kupandangi surat yang tergeletak di meja makan
    Selamat Menikmati sarapan Pagi dek,,,,,,, happy weekend.....kakak kerja dulu. Awas jangan nakal 
    Aku tersenyum tipis. Surat yang sama di hari minggu. Kakaku memang tau cara membuatku tersenyum. Akupun bergegas mengikuti kakakku. Dari kejauhan kulihat dia berjalan di tengah gelapnya subuh. Setapak demi setapak jalan yang dia lalui, tak terlihat sedikitpun wajah enggannya, dengan sabar dia lakukan perjalanan jauh ini.
    Tak terasa sudah lumayan jauh aku berjalan, aku sudah mulai lelah, namun tekatku sudah bulat. Waktu sudah menunjukan pukul 04.30 setengah jam sudah aku berjalan. Aku melihat kak Rizky, tak sedikitpun menampakkan wajah lelah dan astaga aku baru menyadarinya dia tak menggunakan bus atau semacamnya untuk menuju tempat kerjanya, dia  lebih memilih jalan kaki, padahal sendari tadi sudah banyak bus yang berkeliaran disepanjang jalan. Namun mengapa kak Iky lebih memilih berjalan kaki? Apa dia tidak ingin menghabiskan uangnya hanya untuk kebahagianku. Lagi-lagi aku dikejutkan akan sosok kakakku ini. Adik macam apa aku ini, yang tak tau banyak tentang sosok kakaknya yang rela berkorban demi seorang adik yang tak pernah tau banyak tentang kakaknya sendiri. Aku malu dengan diriku sendiri, bahkan aku malu dengan kak Rizky.
    Aku melihat kak Iky memasuki sebuah rumah makan cukup besar, sepertinya dia bekerja disana. Aku menunggu, 15 menit berlalu, aku putuskan untuk mencari celah  kecil menuju dapur, agar aku bisa melihat apa yang sedang dikerjakan kakakku di pagi buta ini. 10 menit mencari, akhirnya aku temukan, aku melihat dari sela-sela jendela, ah ku lihat kak Rizky sedang mencuci piring, dan piring itu benar-benar banyak dan anehnya dia hanya mengerjakannya sendiri. Aku terpana, ingin rasanya aku membantu kakak Iky, namun aku sadar jika aku kesana hanya akan membuat kak Iky marah. Aku hanya diam memandanginya, dari kejauhan ku lihat peluh tanda dia mulai lelah, namun dia tidak berhenti sedikitpun dari pekerjaannya. Aku menangis, dan aku memang harus menangis karena pengorbanan yang begitu besar untukku.
    12 jam sudah aku menunggu pekerjaan kakakku, ku lihat dari kejahuan dia begitu semangat melayani pembeli. Kak Iky tak pernah mengeluh sedikitpun bahkan dia selalu menampakan senyum termanisnya di depan pembeli. Dan akupun melihat kak Rizky keluar dari rumah makan, rupanya pekerjaanya sudah selesai, namun aku heran mengapa dia selalu pulang larut malam sedangkan jam 17.30 dia sudah selesai bekerja. Tanpa pikir panjang lagi akupun mengikutinya, ternyata tak jauh dari rumah makan itu ada sebuah rumah sakit cukup megah. Kak Rizky memasukkinya.
“Rumah sakiit,,,,ada apa ini...” batinku mulai gelisah
    Kak Rizkypun memasuki ruang pemeriksaan setelah lama menunggu di lobi,samar-samar aku menguping pembicaraan dokter dan kak Rizky
“Gimana, obatnya diminum terus kan...”tanya dokter itu
    Obat,,, sejak kapan kakak harus minum obat, dan kakak sakit apa? Aku tak mendengar jawaban Kak Rizky
“Bagus, kamu harus banyak istirahat, jangan terlalu lelah, dan jangan lupa obatnya harus selalu diminum...
“Baik dok,,,,”jawab Kak Rizky bersiap keluar ruangan, akupun segera bersembunyi.
Ingin rasanya aku bertanya pada dokter sebenarnya kakaku sakit apa, namun aku tak ingin kehilangan jejak kak Rizky. Ah dokter menyuruhnya untuk beristirahat sedangkan waktu yang dia gunakan untuk istrahat hanya sedikit.
“ sebenarnya kak Rizky sakit apa....” pertanyaan itu terus terngiang-ngiang diotakku, membuatku semakin resah
“Ah, biarlah nanti aku tanyakan pada dokter...”
    Akupun kembali mengikuti kak Rizky, kali ini setelah 20 menit berjalan dia memasuki sebuah pabrik, rupanya dia juga bekerja disana sebagai buruh. Astaga, dia buruh..? tak pernah aku berfikr kakak akan memilih pekerjaan itu. Pekerjaan berat yang sangat menguras tenaganya... dia tak pernah malu untuk melakukan semua itu. Air mataku mengalir lagi. Apa yang bisa aku lakukan demi membuatnya bahagia? Sedangkan selama ini hanya dia yang membuatku bahagia. Ku seka air mataku, ku putuskan untuk melangkah pulang kembali kerumah sakit, menanyakan prihal sakitnya kak Iky.
◊◊◊
“Apa...? kanker darah....”tanyaku lagi seolah tak percaya apa yang dikatakan dokter
“Ia, sejak 1 tahun yang lalu....”jelas dokter
“Lalu....”tanyaku mulai gamang
“Jaga kakakmu dengan baik, jangan biarkan dia lelah. Pastikan dia selalu check up....” jelas dokter
“Apa kakak pernah melakukan pencucian atau tranfuse darah dok “tanyaku ragu
“Kakakmu tak ingin melakukan pencucian atau tranfuse darah, aku sudah berkali-kali memaksanya dengan memberi keringan biaya, tapi dia keras kepala. Tak ingin, katanya uangnya lebih baik dipakai buat mewujudkan impian adiknya itu sebabnya dia hanya berobat saja....”jelas dokter lagi
Aku hanya mengganguk, mohon pamit kepada dokter. Lagi-lagi aku dikejutkan oleh sosok misterius kakakku. Aku memang tak tau banyak tentangnya. Yang aku tau dia hanya ingin membahagiakanku, tapi tak begini caranya. Dia terlalu bodoh kalau dia anggap dengan uang aku bisa bahagia. Dia bodoh, aku hanya bisa bahagia jika dia aada disampingku. Bukankah dia pernah berkata jika uang tidaklah masalah, yang penting kebahagianmu. Ah, sekarang apa? Aku tak peduli dengan semuanya yang aku peduli hanya bagaimana caranya agar kak Iky tetap ada disampingku, yang aku mau dia tak pergi. Aku takut jika dia harus pergi. Sungguh aku takut.
    Aku berlari menuju kontrakanku, tak kuasa lagi menahan tangis. Aku takut kak Iky akan meninggalkanku seperti ayah dan ibu. Oh Tuhan janganlah kau ambil Kak Iky. Namun tiba-tiba saja amarahku memuncak. Aku merasa telah dibohongi, aku merasa kak Iky tak pernah sayang padaku. Aku benar-benar benci jika diperlakukan seperti anak kecil. Aku benci dengan keadaan ini. Dan aku tak mau keadaan dulu terulang lagi dikehidupanku.
◊◊◊
Seminggu sudah sejak kejadian itu. Aku masih marah dengannya, tak pernah sedikitpun aku memperdulikan kak Iky, aku tak pernah mau berbicara padanya. Kak Iky heran melihat perubahan sikapku. Dia mencoba mendekatiku, namun tak sedikitpun aku mau berbicara dengannya. Jahatkah aku...?
Aku benar-benar marah padanya, bahkan sarapan yang dibuatkan untukku tak pernah aku sentuh sedikitpun, sampai pada akhirnya kak Iky memutuskan untuk tidak bekerja hari ini dan mengajakku berbicara. Aku sedikit luluh
“Kau kenapa dek,?sudah seminggu ini kau tak ingin berbicara denganku, katakan yang sebenarnya...”tanya kakakku,kulihat wajahnya pucat
“Aku tau kak,, aku tau,,,,”jawabku tak bisa menahan tangis
“Tau apa dek,,,?”tanyanya bingung
“Kakak egois,,, kenapa kakak hanya mementingkan kebahagianku, kenapa kakak tak pernah memikirkan hidupmu kak,,kenapa? Kau salah jika mengira aku akaan bahagia dengan uang kak, kau salah besar, satu-satunya kebahagianku hanya jika kau ada disampingku, kau bahagia,akupun bahagia. Bukannkah kau pernah bilang jika uang tak menjadi masalah, yang penting kebahagianku.”aku menghela nafas sebentar
“aku juga begitu kak, uang bukan segalanya bagiku, kau segalanya bagiku kak, dan sekarang kau akan meninggalkanku...hik...........hik” jelasku sambil menangis
“kenapa kau tak pernah memberi tau aku tentang sakitmu kak, kenapa,hik....hik,,,
Apa aku bukan siapa-siapa lagi untukmu kak,?tak berartikah aku kak?
Kulihat ada satu bulir air mata jatuh diwajah Kak Iky, kak Iky menangis,,,,
“Maafkan kakak dek, inilah yang bisa kakak lakukan sebelum kakak meninggalkanmu...huuk.....huuk,kau sangat berarti untuk kakak dek”ujarnya sambi terbatuk
    Astaga darah segar keluar dari mulutnya, aku melihatnya kak Iky berusaha menahan darah itu agar tak keluar, namun apa dayanya darah itu semakin banyak. Tepat dihadapanku kak Iky mengeluarkannya, sosok yang selama ini ku lihat tegar kini torgolek lemah dipangkuannku...
“KAKKKKKKKKKKAKKKKKKK”pANggilku
Namun kak Iky tak menjawab, akupun menggendongnya, sama seperti dia mengendongku saatku sakit, aku berlari melewati jalan setapak. Tak ada bus yang melintas. Aku menangis. Semua orang melihatku.aku tak peduli,yang aku peduli bagaimana kak Iky tak meninggalkanku. Tak terasa, aku telah tiba di Rumah sakit dimana kak Iky selalu check up. Dengan sigap perawat membawa kak Iky ke ruang ICU.
◊◊◊
    Aku duduk disamping ranjang kak Iky,dokter menyuruhku masuk. Kak Iky ingin berbicara denganku.
“adek....”panggilnya lirih
Aku tak menjawab, aku hanya bisa menangis
“jangan menangis dek,,,, “masih dengan nada lirih dan berusaha tetap tegap sambil menghapus air mataku
“Kejar terus mimpimu walau tanpa kakak....”ujarnya lagi membuatku semakin menangis
“Ayolah dek jangan menangis, itu hanya membuat kakak tak tenang....” tambahnya lagi
“maafin Tio kak, udah cuekin kakak, seharusnya Tio tau lebih awal tentang penyakit ini kak, seharusnya Tio yang bekerja untuk kakak,seharusnya Tio,,,,,”
“ssssttt,kakak sudah maafin kok,,, ini memang tugasnya kakak”potong kak Iky
“Dek, maafin kakak,bukan maksud kakak buat nyembunyiin ini semua dek, tapi kakak paling tak bisa melihat adek menangis apalagi karena kakak,maafin kakak dek, kakak sudah gak kuat lagi,,,jangan menangis ya dek,,, kakak sayang adek...”ujarnya lagi sebelum ia menutup matanya untuk terakhir kalinya.
“Kakak,, please kakak, bangun,,jangan tinggalkan Tio,,, Tio gag akan pernah bisa hidup tanpa kakak” panggilku sambil mengguncangkan tubuh kak Iky,,nihil, dia tak terbangun. Dia telah meninggalkanku untuk selamanya. Ah adik macam apa aku ini, mengapa disaat detik-detik terakhir hidupnya aku malah membencinya, tak pernah membuatnya bahagia. Seharusnya aku menjaganya, membuatnya tersenyum. Namun apa yang aku lakukan,,,?
Aku sungguh menyesal
“Maafkan aku kak....!!!”
◊◊◊
    Kini tinggal aku sendiri dipemakaman, memandangi gundukan tanah yang masih basah. Gundukan tanah yang baru saja mengubur jasad kakaku tercinta, sosok pahlawan bagiku. Aku belum bisa mengikhlaskannya, aku belum mampu hidup tanpanya. Namun aku tau jika ku terus menangis dia tak akan pernah tenang. Kakak akan ku coba merelakanmu.
    Aku buka surat terakhir darinya
Untuk addiku tercinta
Salam hangat dari kakak yang selalu menyanyangimu
“Hey,,,,
Jangan menangis sayang,,, jangan cengeng. Adek udah gede, jadi malu donk buat nangis.hehehe. mungkin pas adek baca surat ini, kakak udah gag ada. Tapi jangan menangis yah,, kakak paling gak bisa lihat kau menangis dek. Karena kakak sangat menyanyangimu. Hehehe
    Adek, jangan putuskan cita-citamu, kakak ingin melihatmu menjadi seorang dokter. Lakunkalah demi kakak dek, usaha.ok, kakak sudah menyiapkan semuanya di amplop coklat itu. Itu hasil peninggalan ayah dan kerja kakak selama ini, Mungkin cukup untuk membiayai masuknya kamu ke fakultas kedokteran. Tapi awas, jangan kecewakan kakak, ntar kakak timpukin adek pake batu loh klo berani-berani ngecewainn kakak.hehehe
    Adek, lakukanlah, jangan berhenti ditengah jalan, kakak akan sangat bangga denganmu. Dan maafkan kakak yang tak pernah bisa membahagiakanmu selama ini. Kakak bukanlah sosok kakak yang terbaik buatmu, kakak lakukan sebisa kakak agar kau bahagia.
Masalah penyakit itu, maafkan kakak, memang sudah takdir kakak harus mengidapnya, dan maafkanlah kakak jika tak pernah memberitahumu, kakak hanya tak ingin membuatmu menangis apalagi khawatir dengan kakak. Kakak tak ingin dengan sakitnya kakak ini membuat kau tak ingin melanjutkan cita-citamu. Kakak tau yang terbaik untukmu dek....
    Maafkan kakak dek, sungguh, bukan maksud kakak ingin meninggalkanmu sendiri, sungguh… Tak pernah terbersit sedikitpun. Kakak tau, kakak satu-satunya yang kau punya, namun apalah daya kakak dek. Kakak hanya manusia biasa yang tak mungking menolak semua takdir Tuhan. Kanker ini sudah lama bersarang ditubuh kakak, awalalnya kakak takut dek,sangat takut. Kakak bukanlah takut akan kematian, kakak takut jika tak ada yang menjagamu, tak ada yang menyekolahkan kau dek,,, itulah satu-satunya ketakutan kakak yang terbesar. Jangan kau fikirkan lagi kepergian kakak, jangan tangisi kakak, kakay yakin kau sudah mampu menjaga dirimu,karena kau sudah besar. Pergunakan sebaik-baiknya peninggalan kakak dek. Jangan diri kau baik-baik disana addiku. Jangan menangis. Relakan kepergian kakak agar kakak selalu tenang,inget loh doanya jangan sampe putus...hehhehe
Kakak tau, kamu pasti bisa dek,,,,
Salam Manis dari kakakmu yang selalu merindukanmu “
Habis sudah air mataku untuk menangisi semua ini,,, dia memang kakak terbaiku, dia tau bagaimana membuatku tersenyum. Sosok kakak yang  lebih mementingkanku dari pada penyakitnya, ah mulai saat ini aku bertekad akan mewujudkan cita-citaku demi kakakku, demi kak Rizky. Aku berjanji tak akan mengecewakanmu kak....
◊◊◊
    Aku menangis lagi, mengenang kenangan 8 tahun yang lalu. Mengingat segala memori tentang sosok pahlawanku, dan itu tak akan pernah tergantikan sampai sekarang.
    Aku bangkit dari dudukku, ada tangan halus menggapai membantuku, ya dia Nanda, wanita yang selama ini selalu menemaniku sejak kak Iky meninggal, wanita yang dulu pernah di kerjai oleh Kak Iky, ya kini dia menjadi istriku. Menerima segala kekuaranganku. Akupun menggapai tangannya, dengan lembut dia usap pelan pipiku menghapus air mataku,sebelum kami bergandengan tangan melangkah meninggalkan makam. Disamping kananku aku melihat sosok istriku tersenyum. Dan disamping kiriku, aku melihat sosok pahlawanku tersenyum bangga terhadapku. Dan kami bertigapun berjalan berdampingan menyusuri jalan setapak.
◊◊◊

Selasa, 10 April 2012

OPini_DEMOKRASI AJJANG ASPIRASI RAKYAT

iseng-iseng posting Opini Tentang Demo...
tugas dari praktikum Komkes...

check this out


siapa yang tidak setuju dengan Demo….?
Tentu saja ada yang pro dan kontra mengenai keberlangsungan Demo. Padalah jika tinjau lebih lanjut, demo merupakan salah satu aspirasi rakyat walaupun terkadang berakhir ricuh. Ini yang lagi panas-panasnya demo tentang penolakan harga BBM,hampir semua aktivis menggalangkan suara mereka dengan turun kejalanan alias demo. Kalau dilihat memang hampir secara keseluruhan demo berakhir ricuh, namun tidak pelak, banyak juga demo yang berakhir damai.
                Demo merupakan salah satu aspirasi masyarakat, penyampaian pendapat masyarakat atas ketidaksetujuan keputusan pemerintah. Jelas demo di Indonesia diperbolehkan oleh pemerintah, namun harus dengan tertib. Banyak kalangan masyarakat mengatakan demo hanya membawa rusuh, mahasiswa hanya bisa berdemo. Memang benar pendapat masayrakat. Tapi lebih benar lagi orang yang berani menyampaikan pendapatnya di  muka umum. Toh ini negara demokarasi, semua bebas menyampaikan pendapatnya. Yang diam hanya berpangku tangan itulah yang “bodoh”, diberi kesempatan untuk berbicara kok di telan mentah-mentah. Apa dengan diam berpangku tangan,duduk santai sambil menghujat dapat menyelesaikan masalah….?
Tentu jawabanya Tidak, , ,
Para aktivis dan kalangan mahasiswa tentu paham benar dengan metode demokrasi tersebut, metode bebas menyampaikan pendapat, namun permasalahannya bukan hanya soal menyampaikan pendapat secara gamblang, permasalahannya emosi dari aktivitis serta mahasiswa yang tak dapat dikontrol membuat kesan bahwa demo itu selalu menimbulkan anarkis. Ya bisa disebut dengan istilah “HOROR”. Kenapa tidak, kebanyakan demo memang berakhir dengan saling lempar,saling kejar dengan aparat ke polisian, jelas menimbulkan kesan horor.
                Namun, itu kejadian yang wajar di Indonesia, sudah tidak perlu di perbincangkan lagi. Yang perlu di perbincangkan lebih lanjut adalah orang yang selalu menghujat para aktivis. Mereka hanya bisa berkata :
“Ah, buat apa sih demo, bikin rusuh aja. Memang mereka lebih tau apa tentang pemerintahanan. Disuruh jadi presiden aja gak becus,sok menentang keputusan pemerintah, buat apa berdemo. Itu bukan tipe mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa itu bodoh, bikin capek aja tuh demo, mending dapet duit, sok pintarlah mereka yang melakukan demo, merasa diri yang paling benar…”
Itu sekilas yang sayabaca dan  dengar baik melaui akun jejaring sosial maupun dari perkataan teman-teman secara langsung. Bodoh sekali perkataan tesebut, hanya bisa menghujat, hanya bisa menyalahkan apa yang diperjuangkan aktivis yang tidak setuju dengan kebijakan pemerintah. Bukannya mereka yang hanya diam sambil menghakimi orang lain yang sok pintar dan sok benar? Bisa dipikrkan sendiri. Memang kebanyakan aktivis dan mahasiswa membuat rusuh di jalan, tapi itu lebih baik dari pada hanya diam berpangku tangan.Mereka memperjuangkan apa yang harus dilakukan, memperjuangkan segala kepentingan  rakyat. Seseorang  yang hanya menghakami belum tentu pandai dalam hal tersebut,sok tau dengan apa yang tebaik bagi negara. Bukannya negara itu memang disiapkan untuk rakyat, rakyat yang akan menerima hasilnya. Tentu saja segala ketetapan pemerintah rakyat yang akan menanggungnya, baik buruknya kebijakan tersebut, rakyat punya opini sendiri. Apa gunanya sih negara ini merupakan negara demokrasi kalau rakyatnya saja takut buat menyuarakan pendapatnya. Memang sih banyak jalan menuju roma, banyak jalan buat menyampaikan aspirasi rakyat, tapi apa iya didengarkan. Bukan sok tau. Sistem di negara ini udah gak becus, jangankan untuk menyampaikan pendapat di media, melakukan demo sampai terjadinya kerusahanpun tak di dengarkan. Sungguh ironis. Bisa dinilai sendiri mana yang baik dan yang benar.
                So gak ada salahnya kan kita berdemo, asal jangan buat rusuh aja. Kita punya opini sendiri, punya pendapat sendiri, tau mana yang baik dan benar, dan negara sudah memfasilitasi kita dalam hal tersebut, dan diatur dalam undang-undang bahwa setiap masyarakat bebas menyampaikan pendapatnya di depan umum. So tunggu apa lagi?

Jumat, 16 Maret 2012

Jadikan Aku permaisuri Terakhirmu by Olive


Angiin semilir berhembus, rerumputan dengan indah bergoyang tanpa ada penghalang,suara kicauan burung menambah semaraknya pagi, semakin menambah indahnya pagi. Padi mulai menguning,sekekali terdengar suara embun jatuh dari dahannya. Udara pagi nan segar dan dingin menambah indahnya desaku, desa yang jauh dari kota, yang jauh dari kericuhan, jauh dari segala semaraknya kota. Inilah desaku, penuh dengan alam yang masih sangat almi. Desaku tempat dimana aku lahir, tempat dimana aku menimba ilmu, tempat dimana aku merasakan cinta pertama kali. Tempat dimana aku mulai mencintaii seseorang. Aku sungguh mencintai desaku. Namun aku tag akan mengenang kembalii bagaimana aku bisa hidup didesaku ini, bagaimana aku tumbuh didesaku, bagaimana kehidupanku, namun aku akan mengenang sebuah cerita, yang lumrah dirasakan oleh semua insan didunia ini, yang setiap harii menjadi perbincangan, yang setiap harii menjadi santapan. Ah Cinta, siapa pula yang tak tahu cinta,, bahkan anak yang masih duduk dibangku TK sudah amat mengerti tentang cinta. Cinta, memang sudah lumrah, namun aku akan mengenangnya kembali, bukanlah hal yang dilarang bukan...?
Aku Tia.. aku baru saja menyelesaikan studiku ditinggkat SMA, dah sekarang aku akan memasuki PTS yang jauh dari tempat kelahiranku. Ini adalah kisahku, namun kisah yang terindah bagiku. Kisah yang tak pernah aku banyakan sebelumnya.
◊     ◊    ◊
Pagi yang cerah, suara kicauan burung dan ayam beradu menjadi satu, membangunkanku. Desahan angin membuatku malas beranjak dari tempat tidurku. Matahari pagi mulai menampakkan diri dari persembunyiannya. Kubuka jendela kamarku, terlihat padi-padi yang mulai menguning melambai-lambai kearahku seolah memberi sejuta senyuman untukku.
Hari yang indah tuk mulai merajut mimpi “ gumanku semangat
◊     ◊    ◊
Aku melangkahkan kakiku menuju halaman rumahku, nampak sepii, hanya ada beberapa siswa yang tengah bercengkrama dengan riangnya . memang rumahku sangat berdekatan dengan salah satu SMA swasta di desaku. Disebrang sana aku melihat sosok yang selama ini aku nanti,, sosok yang selama ini aku cinta. Entah bagaimana awalnya aku mulai mencintainya. Dalam langkah malu-malu kudekati sosoknya, namun ku tak berani memandang wajahnya walau hanya sekilas. Dia tak pernah tau perasaanku padannya. Akupun tak pernah tau apakah dia balas mencintaiku atau tidak. Namun aku cukup bahagia jika setiap hari dapat melihat wajahnya,melihat bayangannya. Entah apa yang membuatku cinta padanya aku tak tau.. semakin hari rasa cinta itu semakin besar.

◊     ◊    ◊
Waktu terus berjalan, bulan terus berganti. Entah kenapa rasa cinta yang dulunya besar mulai berkurang sedikit demi sedikit. Aku tak tau persis sebabnya, mungkinkah karena dia tak pernah menghiraukanku.
Malam ini, aku duduk sendiri dikamarku, menanti sebuah jawaban yang tak kunjung aku temui. Hatiku resah, aku tak tau harus bagaimana. Aku bingung, aku tak tau apa yang aku resahkan. Inilah hidup berputar tak pernah menentu arahnya, kadang membuatku bingung. Semua ini sungguh benar-benar membuatku tak mengerti.
Dalam kesendirianku tiba-tiba ada seseorang mengetuk kamarku
“ iya.... tunggu bentar bu....”” ujarku sedikit keras sambil terburu-buru membukakan pintu kamarku
“ Ini Loh... ada surat, Ibu gag tau dari siapa, tapi kayaknya untuk kamu nak....” ujar ibuku sembari memberikan surat berwarna biru itu.
“ Makasii bu...” ujarku sembari menutup pintu kamarku.
Dengan rasa penasaran akupun membuka surat itu, ternyata benar, surat itu untuk aku.
Dengan saksama akupun membacanya

Untuk Tia
            Aku tak tau harus bagaimana memulai  menulis surat ini, namun aku harus memulainya sebelum rasa ini hangus terbakar oleh cintamu yang telah menyusup hingga kerelung-relung hatiku. Aku tak berusaha untuk menggombal, namun inilah kenyataan.nya. sungguh
            Aku tak tau harus memulai dari mana mengungkapkan rasa yang membuatku sulit tuk mencari celah-celah cahaya yang menandakan itu cintamu. Bantu aku mengisii setiap relung-relung hatiku. Aku mohon..
            Beri aku sedikit petunjuk akan cintamu,,, aku tak berharap lebih akan cintamu. Namun aku akan datang menemui sebagai pangeran terakhir untukmu. Bantu aku mencari celah dalam hatimu. Aku tak ingin  mati karena cinta yang begitu menyiksaku.
            Aku tau, kita tak boleh mencitai ciptaan Tuhan melebihin cinta kepada Sang pencipta. Aku akui aku memang mencintai sang penciptaku melebihi apapun, namun karena Dialah aku mencintaimu.
            Bantu aku, jangan biarkan sayap-sayapku patah karenamu,, jangan biarkan hatiku menangis karena cintamu. Biarkanlah sayap-sayapku tetap mengepak diatas tubuhmu agar aku bisa melindungimu setiap saat.
            Bantu aku mengobati dahagaku akan cintamu, bantu aku menyembuhkan hatiku yang terkoyak karena merindukanmu, bantu aku mengobati hausku... aku mohon
            Memang kini aku bukan pangeran hatimu, namun yakinlah setiap saat aku kan melindungi dan yakinlah setiap saat aku kan mencintaimu....
Sekali lagi beri tau aku jika kamu mencintaiku. Tatap mataku jika kau juga mencintaiku.
Andi

Menetes air mataku ketika aku selesai membaca surat itu. Kata-katanya begitu romatis, ya setidaknya menurut aku. Penuh dengan kegombalan namun aku sangat menyukainya. Ia Andi, dialah lelaki yang selama ini aku cinta, lelaki yang tak pernah menampakan sedikit senyumnya untukku. Lelaki yang membuatku tak bisa mencintai seseorang. Rasa yang semakin berkurang kini membuncah kembali bagaikan meteor  yang siap menghancurkan siapa saja. Bagaikan luapan rasa yang tak bisa dibendung lagi. Oh hatiku serasa berada dilangit ke-7 saat dia mengutarakan cintanya padaku. Ah betapa girangnya hatiku,, mencintai dan dia membalas cintaku. Tak sabar rasanya aku ingin berjumpa dengannya. Rasa rindu ini sudah begitu membuncah.

“ Aku sungguh mencintaimu, karena sang penciptaku “ kata itu terus terngiang-ngiang dihatiku, tak pernah sedikitpun aku membayangkan begitu besar cintanya padaku, aku tak pernah membayangkan dia akan menemuiku tuk menjadi pangeran terakhirku. Aku sungguh berada pada rasa diujung batas yang sulit aku artikan.
◊     ◊    ◊
Pagi ini langit begitu cerah, secerah hatiku.. hari ini sungguh berbeda. Hari inii dia datang lebih awal dari biasanya. Menungguku disebrang rumahku. Tak kuasa ku tu melihatnya, aku mengintip dari celah jedela kamar adiku, nampak dia disana sedang memandangi rumahku. Ah aku sunggu tak sabar tuk mendekatinya. Dengan langkah malu-malu aku mendekatinya.  Kini aku tepat berada dihadapannya. Tak malu lagi aku memandang matanya, dia menatap wajahku. Sayu-sayu kupandangi matanya. Memberi isyarat padanya bahwa aku juga mencintainya , bahwa aku juga menaruh harapan padanya. wajahku bersimbu merah ketika dia memadangku. Tak ada perbincangan, tak ada komunikasi sama sekali diantara kita, hanya lewat mata kita bernostalgia, berbagi cerita, memuaskan dahaga yang membelenggu,hanya lewat mata ku mengutarakan cintaku. Namun satu yang aku ingin lihat darinya,, senyumnya. Tak ada senyum sedikitpun untukku,espresi wajahnya datar, sehingga aku kesulitan menemukan arti dari pandangannya. Ah aku ingin melihatnya tersenyum walau hanya satu kali saja. Tak lama kami berpandangan, waktu menunjukan pukul  07.00. ayahkupun mengantarku kesekolah. Akupun tak henti melihatnya, dia mencoba mencari bayangnku dari kejauhan mencoba terus melihatku, akupun terus mencari bayangannya sampai dia benar-benar tak terlihat olehku. . .
            Tak terasa bel pulangpun berbunyi. Ingin segera ku berlari kalau perlu aku terbang tuk menyambut sang pangeran hatiku, namun aku tak kuasa. Aku harus menunggu. Aku benci menunggu. Ah tak lama waktu berselang. Aku tiba dirumahku, agak telat dari jadwal biasanya. Namun dia tetap menungguku disebrang rumahku, tak jenuh dia menunggu. Aku bahagia. Cintaku padanya kian memuncak. Kini giliranku yang mencari celah bayangannya ketika dia menjauh dariku. Benar-benar tak ada komunikasi diantara kita.
◊     ◊    ◊
Waktu terus berjalan. Menyisakan kenangan yang tak mungkin terhapus begitu saja. Kenangan yang indah,, kenangan manis. Kini 1 tahun sudah kita memadu kasih. Namun tak sedikitpun kau pernah berbicara padaku, tak sedikitpun kau pernah tersenyum padaku, hanya lewat mata kau dan aku berkomunikasi. Namun bagiku itu sudah lebih dari cukup. Aku tak akan menuntut banyak darimu karena memang aku mencintaimu.
Begitu singgkat waktu yang kujalani dengannya. Begitu indah tak pernah membawa luka. Kisahku denganmu selalu diawali dengan kebahagian dan semoga diakhiri dengan kebahagian pula. Aku selalu ingat kata-katanya, janji-janjinya. Tak pernah kulupakan kata-kata dalam suratnya. Surat itu masih aku simpan rapat-rapat dilemariku, berharap surat itu menjadi penghibur disaat ku rindu, disaat ku sedih. Waktu memang berlalu begitu cepat. Kini dia harus meninggalkan sekolahnya karena dia telah Lulus SMA. Sejak dia lulus, tak ada kabar sedikitpun darinya, aku bimbang tak tau harus mencari kemana dia. Hanya sedikit kabar yang aku peroleh darinya, hanya sedikit yang aku tau tentangnya dari temannya bahwa dia bersekolah disalah satu UNIVERSITAS dikota. Dan sejak saat itu aku bertekat tuk melanjutkan sekolah diuniversitas yang sama dengannya jika aku lulus nanti.
Aku benar-benar bingung, aku benar-benar tak mengerti, dia meninggalkanku tanpa ada janji terukir darinya, tanpa adanya salam perpisahan, tanpa adanya surat. Dia benar-benar pergi meninggalkanku. Tanpa meninggalkan sesuatu yang bisa kami jadikan alat tuk berkomuniasi. Ya Tuhan aku sungguh mencintainya. Kan kusimpan rapat-rapat sampai kau pertemukan kami kembali.

◊     ◊    ◊
2 tahun sudah berlalu, sejak sekian lama menunggu akhirnya aku lulus Dari SMA, dan berharap aku bisa satu universitas dengannya. Aku tetap masih mencintaainya sampai sekarang. Rasa ini tak akan pernah terganti untuknya. Kamu dimana? Benar-benar tak ada sedikitpun kabar darimu, benar-benar kamu menghilang dariku. Aku merindukanmu.
Aku mencoba mendaftar masuk di universitasnya. Namun betapa kecewanya hatiku, aku tak berhasil menembusnya. Mungkin Tuhan belum mempunyai Rencana untuk kita berdua.
Lambat waktu berjalan bagiku, aku benar-benar merindukannya. Namun tak ada sedikitpun kabar darinya. Dan kini aku akan pergi jauh dari desa kelahiranku,pergi jauh dari tempat dimana kita sering memadu kasih, tempat kita bernostalgia berdua. Ah Tuhan mempunya rencana lain untuk kita. Tenanglah.
◊     ◊    ◊

            Malam yang sepi, ditaburi banyak bintang, hari ini cukup menggembirakan bagiku, aku menerima sepucuk surat darinya. Menjawab semua penantianku selama bertahun-tahun. Mengobati hausku akan cintanya. Mengobati dahagaku yang telah lama kering. Menggobati hatiku yang telah lama terkoyak karena ciintanya.
 Tia
Sayang.....
Maafkanlah aku yang tak pernah memberi kabar padamu,,,,
Bukannya aku tak mencinta, bukannya aku perpaling,,, namun karena aku mempunyai rencana lain tug masa depan kita. Tenanglah kasih aku tak akan pernah berpaling. Aku selalu mencintaimu.
Kasih aku selalu menepati janjiku tuk slalu menjagamu, aku slalu memantaumu walau dari jauh, aku slalu mendengar kabar tentang.mu walau kita berjauahan
Tia, aku mendengar kabar keberangkatanmu minggu ini, betapa terkoyak hatiku mendengarnya,hatiku hancur, namun aku harus mengikhlaskanmu. Berjanjilah padaku, kau akan tetap mencintaiku...
Tolonglah aku,,, jangan lupakanlah aku, berjanjilah padaku suatau saat nanti kau akan kembali tug mengobati dahagaku. Berjanjilah jika kau tak akan berpaling? Sungguh. Aku yakin pastii kau masih mencintaiku.....
Jika kau kembali nanti. Akan ku tunggu kau, ditempat kita bernostalgia dulu, tempat kita pertama memadu kisah, memadu cinta, memadu rindu... tetaplah mencintaiku, aku kan menunggumu dan suatu saat nanti aku kan menemuimu dan menjadikanmu permaisuri terakhirku, karena aku tau kau cinta sejatiku.
Kasih tenanglah, Tuhan punya rencana lain untuk kita.. kasiih ketauilah selama ini aku tag pernah mengajakmu berbicara, tak pernah menyentuhmu, tak pernah bisa memilikimu seutuhnya. Karena aku mau kau menjadi halal bagiku, baru aku kan menyerahkan semuanya untukku. Aku tak ingin menodaimu karena cintaku walau hanya menyentuh jemarimu, aku tak ingin mengotori orang yang paling aku cintai walau hanya membelai rambutmu. Cukuplah dengan memandang matamu ku bisa merasakan cintamu, walau aku tau aku telah merusakmu dengan mengotori matamu. Kasih, aku tag ingin memilikimu kini, aku hanya ingin memeliki seutuhnya, menjadikanmu halal bagiku, memilikimu dengan sempurna.
Percayalah, jika kusukses nanti, aku kan membawamu ke altar suci tuk mengikat tali suci kita untuk selamanya sehidup sematiku. AKU SUNGGUH MENCINTAIMU KARENA SANG PENCIPTAKU.

Andi

Hilang sudah keraguanku akannya. Cintaku makin besar untuknya. Dan percayalah aku juga mencintainya karena sang penciptaku. Kan ku tunggu diia, kan ku tunggu sampai Tuhan benar-benar menyatukan aku dengannya. Akan ku tunggu janjinya. Karena memang dialah cintaku.
◊     ◊    ◊
Waktu terus berjalan., 5 tahun sudah semenjak aku membaca surat terakhir darinya. Tak pernah ada sedikitpun komunikasi diantara kita. Namun aku selalu setia menanti kehadirannya. Tak pernah terpesit dipikiranku tuk menggantikannya dengan yang lain, walau banyak cinta yang datang, aku menolak. Tetap setia menunggu kedatangannya, sampai Tuhan menyatukan kita kembali. Kini aku sudah menyelesaikan Studiku di yogyakarta, dan bekerja disalah satu rumah sakit. Alhamdulillah aku telah memiliki gaji sendiri yang lumayan besar. Namun umuurku juga sudah dikatakan dewasa, orang tuaku menuntutku untuk segera menikah. Namun aku slalu menolaknya. Aku masih menunggu janjinya. Tak perduli aku menjadi perawan tua. Aku tetap akan menunggunya. Karena aku yakin Tuhan akan mempertemukan kita.
◊     ◊    ◊
Pagi yang cerah,, aku berjalan-jalan dikompleks desaku, sendiri, slalu menunggu kehadirannya. Aku menatap tempat dimana kami sering bernostalgia, namun kehadirannya tak kunjung aku dapatkan. Hatiku serasa ada yang kosong, ada yang hilang. Namun ketika aku sedih aku slalu membaca surat terakhir darinya membuatku bersemangat menjalani hariku tnpanya. Ah tak terasa waktu menunjukan pukul 07.00 aku bergegas menuju rumahku. Namun ada yang berbeda, rumahku dipenuhi banyak orang. Aku bergegas masuk. Seketika wajah yang selama ini aku rindukan berada dihadapanku, membawa sejuta kejutan. Mengobati jiwaku yang kosong. Dia datang menepati janjinya menjadikan aku permaisuri terakhir untuknya. Dia datang melamrku, mengajaku ke altar suci, menjaadikan aku halal untuknya.
“ Maukah kamu menikah denganku, menjadi permaisuri terakhirku? “ujarnya penuh keyakinan. Dan detik itu juga aku mengiyakan lamarannya. Senyumnya merekah. Baru kali ini aku melihatnya tersenyum. Sunggu manis. Sangat manis pengeran terakhirku ini. Aku sunggu bahagia. Terimakasih Tuhan kau telah mempertemukan kami. Inilah buah dari kesabaranku. Kini dia akan menjadi halal bagiku dan aku akan slalu melihatnya tersenyum. Senyum yang hanya miliku.
◊     ◊    ◊