Welcome to my Word

Minggu, 01 Januari 2012

TUHAN, AKU TAU KAU ADA

Kanker,,,,ya kanker
Seketika tubuhku terasa lemas ,ketika  dokter memvonisku menderita kanker stadium 4, stadium dimana aku tidak bisa disembukan lagi. Semakin remuk sekujur tubuhku saat dokter lagi-lagi memvonis umurku tinggal 4 bulan. Lengkap sudah penderitaanku. Aku tak akan pernah mengira akan menerima semua ini. Sendi-sendi kakiku tak bisa digerakan lagi, ingin rasanya aku berlari menjauh dari tempat aku menguping pembicaraan orang tuaku dengan dokter,namun aku tak sanggup. Hatiku seakan hancur hingga berkeping-keping.  Aku hanya bisa menangis, ya hanya menangis yang bisa aku lakukan kini, walau banyak orang aku tak peduli, yang aku ingin hanya menangis. Cengeng memang jika seorang lelaki kelas 1 SMA harus menanggis didepan umum, namun air mataku tak bisa aku bendung lagi. Aku merasa saat itu Tuhan tak pernah adil dan sayang padaku. Aku selalu mengutuk Tuhan,seakan Tuhan tak pernah ada.
“ Kenapa harus aku,,,,kenapa....? jeritku dalam hati.
Aku semakin tak berdaya saat ku dengar ibundaku menangis sesegukan, sambil bertanya pada dokter
“ Dok,,, apa Andi tak bisa disembuhkan lagii “ tanya ibuku terbata-bata
Aku tak mendengar jawaban sang dokter.
“Apa yang harus kami lakukan dok? Apapun akan kami lakukan, uang tak menjadi masalah demi kesembuah Andi “ ujar ayahku
“ Hanya mukjizat Tuhan yang bisa menyembuhkan dia “ Ujar dokter itu lirih.
Aku dengar Ibuku semakin menangis, mungkin tak kuat menahan gejolak hatinya, yang tak ikhlas merelakan anaknya untuk pergi dalam waktu yang terlampau cepat.
Tiba-tiba pintu terbuka, seketika aku menoleh kearah mereka. Aku melihat Ibuku menangis, Ayahku menampakan raut wajah khawatir padaku, Ibuku langsung memeluku,aku berusaha untuk tegar, namun  aku tak kuasa menahan tangis. Aku menangis dipelukan ibuku. Menangis sejadi-jadinya.
“Aku takut mati, aku belum siap untuk mati, aku belum ingin mati,kenapa harus aku Tuhan “ jeritku dalam hati.
Sungguh aku tak pernah membayangkan jika aku akan mati secepat ini. Aku sunggu belum siap jika menghadapi kematian secepat ini, dosaku masih menggunung,aku belum membalas semua jasa-jasa orang tuaku. aku benar-benar takut menghadapi kematian. Sungguh aku takut.
“ kenapa harus aku Tuhan,,,? Apa salahku,,,,? Bukankah aku slalu bersujud pada-MU,menyembah-MU? Menjalankan semua perintah-MU,,,? Namun kenapa harus aku? Bukan orang lain saja Tuhan...? “ jeritku sekali lagi sebelum semuanya gelap tak tersisa apapun.


“ kenapa harus kak Andi ....?” teriak Satria ditengah gelapnya malam
Aku gag mau kak Andi harus pergi, pergi ninggalin aku seperti Ayah, Ibu dan Kak Rio, aku gag mau kehilangan orang yang aku sayang untuk kesekian kalinya “ jerit Satria sambil menangis.
“Tuhan tolong jangan ambil kak Andi, biarkan dia selalu menemaniku,disaat aku sedih, karena aku butuh dia, hanya dia yang mengerti kesedihanku....”ucapnya lirih disela-sela tangisnya.

Aku tau, aku tak boleh mengalah pada keadaan, aku tau aku tak boleh menyalahkan Tuhan, aku harus kuat demi orang yang aku sayang dan menjalankan hidupku dengan normal tanpa pernah menghiraukan sakitku. Yang aku ingin sekarang, hanya lebih dekat dengan Tuhan sebelum aku mati, membuat orang tuaku bahagia sebelum ajal menjemputku, menorehkan tinta hitam dilembar sejarah hidupku. Karena aku tau aku mampu bertahan demi orang-orang yang aku sayang.
            Sejak dokter memvonisku, aku berusaha untuk bersikap biasa saja, tanpa ada yang tau kecuali orang tuaku, kakakku, Satria ( adikku yang teramat aku sayang, walaupun ia bukan adik kandungku ) serta sahabat-sahabatku. Aku harus tetap bisa menjadi sosok yang Satria inginkan, aku akan selalu ada buat Satria. Satria yang bukan adiku, namun aku sangat menyayanginya, terlebih lagi dia harus kehilangan semua keluarganya dalam kecelakaan naas satu tahun yang lalu. Menurutku aku masih lebih beruntung dari pada Satria yang harus merelakan kepergian orang-orang yang disayangnya secara tiba-tiba. Makanya aku harus tetap kuat, demi dia dan demi orang-orang yang aku sayangi.
 Oh ya, aku Andi, usiaku baru menginjak 16 tahun saat dokter memfonisku menderita penyakit kanker stadium 4, dan memfonis umurku tinggal 4 bulan lagi. Namun, karena kuasa Tuhan, aku masih dapat menikmati udara segar, berkumpul dengan orang yang aku cintai, sampai saat ini. Sekarang usiaku sudah 17 tahun, satu tahun sudah sejak dokter memvonisku, namun vonis yang 4 bulan tidak terbukti sama sekali.  Aku memang sakit, namun tak lantas membuatku mengurung diri dikamar, menangisi kenapa harus aku, menyesali semua itu. Pernah beberapa hari aku melakukan hal itu, namun aku sadar, itu bukanlah jalan yang benar, dan aku mulai berusaha untuk mendekatkan diriku pada Tuhan, dan mengukir tinta hitam disejarah sekolahku. Terbukti selama 1 tahun ini, aku berhasil memenangkan olimpiade MIPA tinggkat nasional, debat bahasa inggris tingkat nasional, juara umum disekolahku. Keterbatasan yang aku miliki bukan menjadi penghalang buatku untuk meraih mimpiku, walau terkadang aku selalu menderita karena penyakitku. Sejak satu tahun ini, tak terhitung berapa kali aku tak sadarkan diri, berapa kali aku harus mendekam dirumah sakit, berapa kali aku harus menderita kesakitan yang teramat sakit akibat kemotrapi. Tak terhitung berapa kali aku koma, tak terhitung pula berapa kali ketika aku koma, aku berjalan di tempat yang suram, bertemu dua sisi yang datang menjemputku, satu sisi orang-orang yang aku sayang, AYAH,ibu, kak Fandi, satria serta sahabat-sahabtku, disisi lain, Neneku,KAKEKKU, Mama Satria,kak Rio, semua keluargaku yang telah meninggal, seakan inggin menjemputku, memanggil namaku untuk mengikuti mereka,namun Tuhan belum juga ingin mengambil nyaawaku, Dia Masih memberiku kesempatan untuk hidup. Padahal dalam komaku, aku sangat ingin ikut dengan kakek,neneku, aku sudah tak tahan dengan semua ini, namun ada suara entah dari mana melarangku mengikuti mereka. Menyuruhku mengikuti ibu dan ayahku. Dan alhasil,Ku coba terus bertahan dan terus bertahan, namun rasa sakit ini terkadang membuatku ingin segera menghakhiri semuanya. Namun lagi-lagi Tuhan belum mau mengambil nyawaku. Terkadang aku sungguh ingin agar usiaku cepat berlalu, sungguh inggin fonis yang 4 bulan benar terjadi padaku, namun Tuhan masih berkehendak lain. Sejak saat itu, aku tak henti ditemani oleh segala macam obat-obatan, aku harus kemotrapi 3 bulan sekali. Sungguh menyakitkan, tau kah kalian? Betapa sakit merasakan kemo itu. ? . ah tak bisa diungkapkan dengan kata-kata betapa sakitnya kemotrapi, menghilangakn sedikit demi sedikit rambutku, namun aku masih tetap bersyukur.

            Pagi yang cerah, hari ini hari minggu, aku berkumpul dihalaman belakang rumahku, bersama satria, Raka,Rizki dan Tio. Mereka bertiga adalah sahabatku. Rencananya hari ini kami ingin menyelesaikan tugas bersama-sama.
“ Halo,,,,,,, i’m coming....” Teriak Raka saat tiba dihalaman belakang rumahku
“Telat Loh,,, kemana ajjah...” Candaku
Raka hanya nyengir gag jelas
“Sorrylah kawan, aku hanya telat 1 jam doank,,,,”
“dasar..”ejek satria,,,
            Namun tiba-tiba kepalaku menjadi pusing, ah alamat penyakitku kambuh lagi, namun ini tak seperti biasanya,,, rasa sakiit kian menjadi-jadi, aku mengeluarkan darah dari mulutku, banyak sekali,sampai bajuku semua merah karena darah. Aku dengar teriakan panik dari sahabat-sahabatku,samar-samar ku lihat Satria memegangiku, bajunya penuh dengan darahku.
“Kak,,,, kakak kenapa....” tanya Satria panik
“Cepat panggil ambulans “
“Kakak,,, tahen dikit yah kak,,,please Satrya mohon....”rintihnya
Dan tiba-tiba semua gelap, sangat gelap. Tak ada cahaya sedikitpun.

            Aku terbangun dari tidurku, namun aku tak tau aku ada dimana, jalan membentang seperti labirin-labirin rumit. Aku Sendiri, ya aku sendiri lagi. Aku tak tau bagaimana keluar dari labirin ini. Aku diam sejenak, melihat-lihat sekitarku, tak ada orang. Dan tempat ini sungguh gelap. Aku mencoba berjalan melintasi labirin-labirin itu, mencoba berhati-hati agar aku tak menabrak apapun. Lama rasanya aku berjalan, serasa sudah berbulan-bulan aku dilabirin ini, namun aku tak kunjung menemui jalan keluar. Aku selalu kembali ditempat semula aku datang, aku lelah, aku sangat lelah. Namun aku tak boleh lemah, aku harus kuat. Aku coba berjalan kembali, hasilnya nihil,sama saja, tempat itu semakin gelap. Aku sangat merasa lelah, aku ingin menangis, aku benar-benar sendiri. Tak seperti biasanya selalu ada yang menjemputku, entah itu orang tuaku atau alm.nenekku. tapi sekarang mereka dimana? Aku ingin ikut mereka. Aku duduk diam lemas tak berdaya,waktu yang aku tempuh dalam perjalanan ini sungguh lama, aku menangis sejadi-jadinya,aku berteriak walau tak ada yang mendengarku. Namun dalam kesendirianku, aku merasakan seakan Tuhan tepat ada disampingku, membelai rambutku, membuatku lebih tenang, aku merasa Tuhan sungguh dekat denganku, bahkan melebihi kedekatanku dengan keluargaku, ia dia ada didalam Hatiku, aku tau aku tidak sendiri, aku tau Tuhan itu ada, aku tau dia sedang merangkulku kini, membwaku pergi bersama.a. sungguh hatiku damai. Tuhan aku tau kau ada.
            Tiba-tiba ada segumpalan cahaya tepat disampingku, tak sadar akupun berdiri dari dudukku, aku melihat saksama cahaya itu, sekelebat muncul bayangan orang-orang yang aku sayang. Mungkin kah ini doa dari orang-orang yang menyayangiku ?. iah ini pasti doa mereka.
Cahaya itu bergerak seakan menuntuntuku untuk menjauh dari labirin ini, aku mengejarnya. Semakin jauh aku mengejarnya, cahaya itu hilang bergantikan dengan pintu berhiasakan emas dan berlian, terlihat sangat besar dan didalam pintu itu aku melihat begitu banyak cahaya. Di depan pintu aku melihat orangtuaku,Satria,abangku,serta sahabat-sahabtku menantiku disana. Dengan langkah hati-hati aku memasuki pintu itu,namun cahaya itu sangat terang, aku tak bisa melihat, ku tutup mataku untuk mengahalangi cahaya itu dan ketika Aku kembali membuka mataku perlahan-lahan,aku tidak lagi berada diantara cahaya itu, aku berada diruangan yang lumayan luas bercat putih, aku melihat sosok ibuku terbaring lemah disampingku, dikursi aku melihat ayahku sedang membaca koran. Dengan sekuat tenaga aku memanggil ayahku
“ A . . . a . . ..a...yah...”Panggilku dengan susah payah
Seketika ayah melepas korannya melihat kearahku, dengan raut wajah bahagia beliau sujud syukur seketika itu juga, kemudian menghampiriku dan membangunkan ibuku. Ku lihat ibuku menangis
“Terimakasih Tuhan “lirihnya
“Andi, Andi dimana mah....”tanyaku
“Andi dirumah sakit sayang, disingapura... Andi habis oprasi, sebelum oprasi Andi dah 2 minggu gak sadarkan diri, baru 2 hari yang lalu Andi selesai operasi sayang...” jelas ibuku.
“Andi lelah mah...”
“ia sayang, istirahat dulu,biayar ayah panggil dokter dulu...”ujar ayahku sambil berlalu.
            Beberapa menit kemudian dokter datang menghampiriku
“hello, how are you “
“Fine,....”
                        Setelah beberapa menit dokter memeriksa, dia kemudian pamit dan pergi bersama ayahku.
“ sayang,,,, dari kemarin Satrya,mas Fandi,ama sahabat-sahabat Andi selalu nelpon kesini. Tanyaiin gimana kondisi Andi,,,,,” jelas mamaku
“ aku pengen bicara sama mereka mah....”
“ ia sayang..” jawab ibuku sambil menyalakan laptop dan mengoneksi dengan internet kemuidan menelpon satrya.
Samar-samar aku melihat wajah satria, abangku,dan sahabat-sahabatku. Mereka terlihat bahagia
“Hallo,kakak,,, kakak baik-baik ajja kan...?”tanya Satrya
Aku hanya mengangguk
“adek,, kakak kangen adek....” balas kakaku
“Andi,,,, lo buat kita semua khawatir tau....” teriak Raka dari sebrang sana
“loh jahat ndi,,, bikin kita takut tau...” ujar Rizky lagi
“maafin aku semua, aku kangen kalian, aku tuh berusaha buat tetap bertahan karena kalian,,,
Oh ya makasi doa kalian yang udah nuntun aku kembali kejalan buat balik kedunia ini.. aku sayang banget sama kalian “ujarku terbata-bata
“ Loh kok kamu tau qt semua slalu doain kamu “ tanya Tio bingung
“ didalam tidur panjang aku, aku melihat cahaya yang penuh dengan wajah kalian, cahaya itu yang menuntuku keluar dari jalan yang sungguh sangat rumit, makasi semua atas doa kalian “ jelasku
Kulihat mata mereka semua berkaca-kaca mungkin mereka bahagia karena aku telah kembali. Memang semuanya telah berubah, sejak aku terbangun dari tidur panjangku, rasanya aku semakin kuat, rasa sakit itu hilang seketika. Sungguh aku sangat Bersyukur. Tuhan memang masih menyayangiku. Akupun mengakhiri pembicaraanku dengan mereka. Rasa kangenku sedikit terobati.

2 hari sudah aku terbaring dirumah sakit dengan keadaan sadarkan diri, aku sudah agak baikan, mungkin 1 atau 2 hari lagi aku bisa balik ke indonesia. semoga
Aku melihat ayaku teregsa-gesa menghampiri aku dan ibuku,ditanganya ada map coklat,entah apa isinya, kemudian membisikan sesuatu ditelinga ibuku. Ibuku langsung menangis dan bersujud syukur. Entah apa yang membuat ibuku menangis, kemudia ayah  mengatakan padaku
“ sayang, besyukur kepada Allah, karena dialah semua ini terjadi, menurut sejarah kedokteran, ini tak pernah terjadi, namun Allahlah yang berkehendak atas semua ini nak, kita harus bersyukur atas nikmat yang telah diberikannya kepada kita. “ jelas ayahku
“maksud ayah “ tanyaku bingung
“kamu sehat nak, dokter telah memvonis kanker itu hilang tak bersisa, ia kamu sembuh dari sakit yang selama ini menyiksa kamu nak “jelas ayahku dengan mata berkaca-kaca
Tanpa berpikir lagi aku turun dari kasurku, bersujud karena Tuhan masih menyayangiku, memberiku kesembuhan, aku menangis dalam sujudku. Tak kuasa menahan haru. Tuhan aku tau kau ada,selalu ada untuk merangkulku. Sungguh sebuah keajaiban bagiku. Aku melihat sejenak, ayah dan ibuku ikut bersujud denganku, menangis haru atas semua nikmat yang telah Tuhan berikan untuku. Dan tak akan pernah aku sia-siakan. Aku memeluk ayah dan ibuku. Kebahagian yang sebenarnya menjalar kestiap bagian tubuhku hingga keubun-ubun, sungguh sulit mengekspresikan sebuah kebahagian yang kini aku rasakan,sulit untuk diungkapakan dengan kata-kata.

Seminggu sudah berlalu, sejak Dokter memberi kabar gembira untuku. Aku pulang ke Indonesia. Tak sabar memberi tau berita gembira ini pada sahabat-sahabatku,adiku, dan kakakku. Waktu begitu cepat berlalu, aku telah tiba dirumah. Mereka semua menyambutku dengan hangat. Aku disambut Pelukan oleh sahabatku,abangku serta satria. Mereka semua terlihat bahagia.
“Oh ya,, aku punya kejutan buat kalian “ ujarku semangat
“Apa...”tanya mereka penasaran
“Kalian Tau, Tuhan telah memberi aku kehidupan yang lebih panjang lagi buat lebih berbakti kepada mamah,sama ayah, buat lebih banyak berbuat kebaikan lagi, buat dunia yang hitam menjadi putih, buat mengukir namaku di lembar sejarah ini, buat lebih bertakwa pada sang pencipta,membuatku lebih dekat dengan kalian lagi “ jelasku
Seakan mereka semua mengerti perkataanku, mereka semua menangis,langsung bersujud syukur kepasa sang Illahi, akupun tak luput untuk ikut bersujud untuk yang kesekian kalinya, bermunajat kepada sang Illahi, rumahku dipenuhi dengan tangis haru atas sembuhnya aku dari penyakit yang telah lama menyiksaku. Mereka memeluku satu-persatu. Mengucapkan selamat atas kesembuhanku.
“ kita harus selamatan nih..” saran Tio
“Tentunya sayang, kalo perlu semua Panti asuhan qt singgahi, bagikan makanan gratis untuk anak jalanan, mengadakan doa sebagai tanda syukur qt “ jawab ayahku
Aku hanya diam, masih mensyukuri nikmat Tuhan untuku. Sungguh Tuhan, aku tau Kau Adil. Kami kembali larut dalam keharuan masing-masing. Merenungi semua keajaiban Tuhan. Dan mulai bertekad akan menjadi yang terbaik didunia dan akhirat. Terimakasih Tuhan,
AKU TAU KAU ADA....

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar