A. PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang
Masa
remaja adalah periode dimana banyak terjadinya perubahan dalam diri remaja,
baik yang berkaitan dengan perubahan fisik maupun perubahan psikis. Salah satu
perubahan yang terjadi adalah perkembangan organ reproduksi yang berpengaruh
pada keadaan fisik maupun psikis seorang remaja. Dalam perubahan perkembangan
ini sering sekali remaja dihadapkan pada resiko-resiko kesehatan organ
reproduksi mereka. Oleh karena itu,
kebutuhan akan pelayanan kesehatan terhadap remaja semakin mutlak diperlukan.
Pentingnya kesehatan reproduksi bagi remajapun sangatlah
diperlukan untuk menunjang pengetahuan remaja tentang bahaya hubungan seksual
diluar nikah serta penyakit menular yang disebabkan oleh hubungan diluar nikah
dengan pasangan yang berbeda-beda,seperti Penyakit Menular Seksual (PMS) yaitu
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti : Gonorea,Sifilis,Herpes
Genital,Klamida ,Kutil Kelamin, dan HIV, serta akibat yang ditimbulkan akibat
hubungan seksual diluar nikah seperti kehamilan diluar nikah yang kemungkinan
akan berdampak pada aborsi dan hubungan rumah tangga setelah menikah. Kurangnya
pemahaman tentang kesehatan seksual juga dapat berdampak pada kelainan-kelainan
aseksual seperti mastrubasi dan onani. Jika ditinjau sebagai besar remaja
melakukan onani maupun mastrubasi,namun pada kenyataannya onani dan manstrubasi
dapat menimbulkan berbagai permasalah kesehatan.
Permasalahan remaja seringkali
berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta kesadaran untuk mencapai
sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan fisik
yang cepat. Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup.
Dengan memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang
benar dan jujur bagi remaja akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung
jawab perilaku reproduksinya. Dengan makin banyaknya persoalan kesehatan
reproduksi remaja, maka pemberian informasi, layanan dan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja menjadi sangat penting.namun kenyataannya banyak
diantara remaja yang masih merasa malu untuk membicarakan permasalahan ini
kepada orang tuanya, atau kepada orang dewasa lainnya, atau masih merasa enggan untuk mencari informasi mengenai
pentingnya kesehatan masyarakat sehingga remaja zaman ini banyak yang tidak
tahu tentang apa sebenarnya hubungan seksual diluar nikah itu.
2.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut :
·
Apa
hakikat kesehatan reproduksi?
·
Apa
saja hal-hal negatif yang dilakukan remaja putri pasca melakukan hubungan seks
pranikah?
·
Apa pentingnya informasi kesehatan reproduksi remaja?
3.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, maka tujuannya sebagai berikut :
·
Untuk mengetahui apa hakikat kesehatan reproduksi
·
Untuk
mengetahui hal negatif yang dilakukan remaja putri pasca melakukan hubungan seks
pranikah
·
Untuk
mengetahui pentingnya informasi kesehatan reproduksi remaja
B. PEMBAHASAN
1. Hakikat Kesehatan Reproduksi
1).Pengertian Kesehatan Reproduksi
atau seksual
Remaja
didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.Batasan usia remaja
berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan
dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24tahun.Sedangkan dari segi program
pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19
tahun dan belum kawin. Sementara itu, menurut BKKBN
(Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja
adalah 10 sampai 21 tahun.
Kesehatan reproduksi
atau seksual menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau
Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Hubungan seksual
sangat memegang peranan penting bagi faktor psikis remaja. Akibat dari
ketidaktahuan remaja akan pentingnya kesehatan reproduksi dapat menimbulkan
berbagai permasalahan seperti penyakit menular seksual,maupun kehamilan.
PMS terutama berisiko pada mereka yang berganti-ganti pasangan. Semakin sering
berganti pasangan, semakin besar risiko terinfeksi PMS. PMS memengaruhi
baik pria maupun wanita. Namun, masalah kesehatan dan konsekuensi jangka
panjang PMS cenderung lebih parah pada wanita. Beberapa PMS dapat menyebabkan
infeksi radang panggul, abses tuba falopi/ovarium, dan parut organ reproduksi
yang dapat menyebabkan kehamilan
ektopik (kehamilan di luar rahim), infertilitas
dan bahkan kematian.
2). Penyakit Menular Seksual
Adapun jenis-jenis
PMS sebagai berikut :
1.
Herpes Genitalis
Herpes adalah
infeksi akut pada
genetalia dengan
gejala khas berupa vesikel.
Herpes genital biasanya disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) Tipe II.
Lesi
herpes ditemukan baik di bagian luar maupun dalam alat kelamin, di sekitar
anus dan rongga mulut. Tidak ada obat untuk herpes genital. Virus
terus berada di dalam ganglia saraf. Dengan pertahanan tubuh yang baik,
kemunculan gejala dapat ditekan. Bila sistem kekebalan tubuh buruk,
infeksi dapat kambuh. Cara penularan melalui hubungan
kelamin, tanpa melalui hubungan
kelamin seperti : melalui
alat-alat
tidur, pakaian,
handuk,dll atau sewaktu
proses
persalinan/partus
pervaginam pada
ibu hamil
dengan
infeksi herpes pada alat
kelamin luar.
Perbedaan
HSV tipe I dengan tipe II
|
HSV tipe I
|
HSV tipe II
|
Predileksi
|
Kulit dan mukosa di luar
|
Kulit dan mukosa daerah genetalia dan perianal
|
Kultur pada chorioallatoic
membran (CAM) dari telur ayam
|
Membentuk bercak kecil
|
Membentuk pock besar dan tebal
|
Serologi
|
|
|
Sifat lain
|
Tidak bersifat onkogeni
|
Bersifat onkogeni
|
- Infeksi primer – Infeksi
primer terjadi bila virus dari luar masuk ke dalam tubuh
penderita, DNA dari tubuh penderita melakukan penggabungan dan mengadakan
multiplikasi. Pada saat itu, tubuh
hospes belum memiliki antibodi yang spesifik hingga menimbulkan lesi lebih luas.
Selanjutnya virus menjalar melalui serabut syaraf sensorik menuju ganglion
sakralis (syaraf regional) dan berdiam disana.
- Infeksi rekuren – Infeksi
rekuren terjadi pada suatu waktu bila ada faktor
tertentu (trigger factor) sehingga virus mengalami reaktivitas dan
multiplikasi kembali.
- Timbul
erupsi bintik kemerahan, disertai rasa panas dan gatal pada kulit region
genitalis.
- Terkadang
disertai demam, seperti influenza, setelah 2-3 hari bintik kemerahan
berubah menjadi vesikel disertai nyeri.
- 5-7
hari, vesikel pecah dan keluar cairan
jernih sehingga timbul keropeng.
- Kadang
dapat kambuh lagi.
2.
Gonore (GO)
Gonore
adalah PMS yang disebabkan oleh bakteri
Neisseria Gonorrhoea.
Masa inkubasi `-10 hari setelah masuk
kuman kedalam tubuh. Bakteri ini menginfeksi tidak hanya organ seks,
tapi juga tenggorokan atau rektum, tergantung praktik seksual yang
dijalankan. Gonore bisa terjadi tanpa gejala. Bila ada, gejalanya sangat
mirip dengan Klamidia. Banyak penderita gonore juga terinfeksi klamidia.
Untungnya, antibiotik yang memberantas klamidia juga efektif untuk gonore .
Penularan melalui oral, anal dan vaginal
seks. Hampir 90% penderita
GO tidak memperlihatkan keluhan dan
gejala.
Tanda pada penderita GO baik lelaki dan perempuan, bisa tanpa keluhan dan
gejala.
Lelaki
·
Terasa
panas dan nyeri pada waktu kencing.
·
Sering
buang air kecil.
·
Terjadi
pembengkakan pada pelir (testis).
Perempuan
·
Panas
dan nyeri saat kencing.
·
Keluhan
dan gejala terkadang belum tampak meskipun
sudah menular ke saluran tuba
fallopi.
Bila
gejala sudah meluas ke
arah PID (
Pelvic Inflamatory Disease) maka sering timbul :
·
Nyeri pinggang bagian bawah.
Bila GO
tidak diobati maka ± 1% dari lelaki dan
wanita, akan terjadi DGI
atau
Dessiminated Gonorrhoe Infection. Tanda dan gejalanya berupa
demam, bercak di kulit,
persendian
bengkak
dan
nyeri, peradangan pada
dinding rongga
jantung,
peradangan selaput pembungkus
otak
serta meningitis.
Penyakit gorne pada wanita maupun pria sering kali
menyebabkan kemandulan. Pada wanita bisa juga terjadi radang panggul. Penyakit
gornea dapat diturunkan kepada bayi lahir berupa infeksi pada mata yang dapat
menyebabkan kebutaan.
3.
Sifilis (raja singa)
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum. Masa inkubasi tanpa
gejala berlangsung 3-4 minggu,bahkan sampai 13 minggu. Setelah itu timbul
benjolan disekitar alat kelamin. Setelah infeksi awal, bakteri menyebar
melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan ruam kulit, demam, lelah dan kehilangan rambut. Gejala ini akan hilang dengan sendirinya
dan sering kali penderita tidak merasakannya. Selama 2-3 tahun pertama penyakit
ini tidak menunjukan gejala. Setalah 5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang
susunan saraf otak,pembuluh darah dan jantung.
4.
HIV/AIDS
AIDS adalah
PMS paling berbahaya yang disebabkan infeksi HIV (human immunodeficiency
virus). Virus ini hadir di semua cairan tubuh, terutama terkonsentrasi di air
mani dan darah. Penularan HIV terjadi melalui kontak dengan cairan tubuh yang
mengandung virus ini. Infeksi HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan sampai saat ini,
tapi diagnosis dini sangat penting. Orang yang terserang virus HIV aids tidak dapat mengatasi serangan infeksi
penyakit lain karena sistem kekebalan tubuhnya terus menurun.
5.
Klamidia
Klamida adalah infeksi yang disebabkan oleh
kuman Chlamydia trachomatis dan dapat diobati Infeksi klamidia adalah salah
satu PMS yang paling umum. Klamidia adalah bakteri berbentuk bola. Banyak orang
yang terinfeksi klamidia tidak memiliki gejala sehingga tidak menyadarinya. Hal
ini meningkatkan risiko menular ke pasangan dan berkembang kronis menjadi
radang panggul. Bila timbul gejala, Klamidia dapat ditandai dengan keluarnya
cairan dari penis/vagina, rasa gatal di kelamin, dan rasa sakit saat buang air
kecil dan
berhubungan
seks. Klamidia dapat diobati dengan antibiotik. Kuman ini menyerang sel
pada selaput lendir : a)
Uretra,
vagina,
serviks dan
endometrium. b) Saluran
tuba fallopi. c)
Anus dan
rektum. d) Kelopak mata. e)
Tenggorokan (insiden jarang).
Sekitar 75 %
perempuan dan 50% laki-laki yang tertular Chalmydia tidak menunjukkan
tanda dan gejala.
Keluhan dan
gejala biasanya
timbul sekitar 3 minggu setelah tertular kuman chlamydia.
Adapun tanda dan gejalanya adalah :
·
Menderita proktitis (radang
rektum), urethritis (radang
saluran kencing) dan konjungtivitis (radang selaput putih mata).
6.
Kutil kelamin
Kutil
kelamin disebabkan oleh virus papiloma manusia (HPV). Kutil biasanya hadir di
penis atau vulva dan juga dapat terjadi di sekitar dubur atau rongga mulut.
Kutil kelamin dapat diobati dengan krim khusus dan pembedahan. Beberapa vaksin
yang melindungi dari
kanker serviks
juga dapat mencegah virus penyebab kutil kelamin.
7.
Hepatitis
Hepatitis
B,C,D dan E dapat ditularkan melalui hubungan seksual, namun yang paling
umum adalah hepatitis B dan D. Virus hepatitis menyerang liver dan dapat
menyebabkan
sirosis
dalam jangka panjang. Meskipun tidak ada obat bagi yang sudah terinfeksi,
vaksin hepatitis B tersedia untuk pencegahan hepatitis B dan D.
Menurut Dr. Raditya, ada dua dampak yang ditimbulkan dari
perilakuseks di kalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular
seksual. Di Amerika setiap tahunnya
hampir satu juta remaja perempuan menjadi hamil dan sebanyak 3,7 kasus baru
infeksi penyakit kelamin diderita oleh remaja.Untuk menghindari perilaku
seks remaja yang berisiko, peran orang tua dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah penting, antara lain bahwa
orang tua harus bisa menjadi sahabat remaja. Agar hubungan orang
tua dengan remaja terjalin dengan baik dan dapat menyelesaikan masalah
remaja dengan baik dan tuntas, diperlukan komunikasi yangbaik dan
efektif. Kehamilan remaja bahksn
sudah terbukti dapat memberikan risiko terhadap ibu dan janinnya. Risiko
tersebut adalah disproporsi (ketidaksesuaian ukuran) janin, pendarahan,
prematurilas, cacat bawaan janin, dan lain-lain. Selain hamil, timbulnya
penyakit menular seksual pada remaja juga perlu dicermati. Penyakit tersebut
ditularkan oleh perilaku seks yang tidak aman atau tidak sehat. Misalnya,
remaja yang sering berganti-ganti pasangan atau berhubungan dengan pasangan
yang menderita penyakit kelamin. Selain akan membawa cacat kepada bayi,
Penyakit menular seks yang menyerang usia remaja juga dapat mengakibatkan penyakit kronis dan gangguan kesuburan dimasa
mendatang. Perilaku seks bebas tidak
aman di kalangan remaja dapat dan banyak menimbulkan
dampak negatif , baik pada remaja putra maupun putri. Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari perilaku seks bebas tidak aman tersebut lebih berat dirasakan
oleh remaja putri ketimbang remaja
putra, Kehamilan dapat
terjadi bila dalam berhubungan seksual terjadi pertemuan antara sel telur
(ovum) dengan sel sperma.
Proses
kehamilan dapat diilustrasikan sebagai berikut :
·
Sel telur yang keluar dari indung telur pada
saat ovulasi akan masuk kedalam sel telur.
·
Sperma yang tumpah didalam saluran vagina waktu
senggama akan bergerak masuk kedalam rahim dan selanjutnya ke saluran telur.
·
Di saluran telur ini, sperma akan bertemu dengan
sel telur dan langsung membuahi.
Adapun Tanda-tanda kehamilan
:
·
Sering mual-mual, muntah dan pusing pada saat
bangun tidur (morning sickness) atau sepanjang hari.
·
Mengantuk, lemas, letih dan lesu.
·
Amenorhea
(tidak mengalami haid).
·
Nafsu makan menurun, namun pada saat tertentu
menghendaki makanan tertentu (nyidam).
·
Dibuktikan melalui tes laboratorium yaitu HCG
Test dan USG.
·
Perubahan fisik seperti payudara membesar dan
sering mengeras, daerah sekitar Aerola Mammae (sekitar puting) membesar.
Kehamilan di bawah usia 20 tahun Organ reproduksi belum sempurna
sehingga pada saat persalinan akan mengalami kesulitan.
·
Belum
siap mental sebagai ibu.Bila tidak diinginkan akan dilakukan abortus (abotus :
suatu kejadian keluarnya hasil kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan).
·
Abortus Spontan (tidak disengaja)
·
Provokatus (disengaja)
3). Kelainan Seksual
Banyak dari remaja yang jika tidak
berhubungan seksual dengan pasangannya akan menampakkan kelainan agar dapat
menikmati hubungan
seksual walaupun tanpa pasangannya seperti manstrubasi atau onani dan Paraphilias
Paraphilias adalah perasaan seksual atau perilaku
yang dapat melibatkan mitra seksual yang tidak manusia, tanpa izin, atau yang
melibatkan penderitaan atau siksaan oleh satu atau kedua pasangan.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (dikenal sebagai DSM) edisi keempat revisi (DSM-IV-TR),
panduan yang digunakan oleh profesional kesehatan mental untuk mendiagnosis
gangguan mental, suatu kondisi yang tidak umum pada seseorang yang memiliki
lebih dari satu paraphilia.
Seperti dilansir dari minddisorders.com,
Jumat (9/4/2010), DSM-IV-TR menyebutkan paraphilia terdiri dari berbagai jenis,
yaitu eksibisionisme, fetisisme, frotteurisme, pedofilia, masokisme seksual,
sadisme seksual, fetisisme transvestic dan voyeurisme.
DSM-IV-TR juga mengategorikan paraphilia yang tidak
umum, seperti necrophilia, bestialitas, dan lain-lain.
· Eksibisionisme
Eksibisionisme adalah kelainan seks yang suka memperlihatkan organ kelamin
kepada orang lain yang tidak ingin melihatnya. Dalam beberapa kasus, orang
dengan eksibisionisme juga suka melakukan autoeroticism (praktek seksual
merangsang diri sendiri atau masturbasi) sambil memperlihatkannya kepada orang
lain.Secara umum, tidak ada kontak yang dilakukan dengan korban, si
eksibisionisme terangsang secara seksual dengan mendapat perhatian dan
mengejutkan orang lain dengan tindakannya.
· Fetisisme
Orang dengan gangguan ini mencapai kepuasan seksual dengan menggunakan obyek
bukan manusia, paling sering pakaian dalam perempuan, sepatu, stocking, atau
item pakaian lainnya.
· Frotteurisme
Orang dengan gangguan ini sering menggosok-gosokkan organ kelaminnya kepada
orang lain yang tidak menginginkannya. Perilaku ini sering dilakukan pada saat
sibuk, di tempat ramai seperti dalam bus atau di kereta yang penuh sesak.
· Pedofilia
Pedofilia melibatkan aktivitas seksual dengan anak kecil, umumnya di bawah usia
13. DSM-IV-TR mendeskripsikan kriteria orang dengan pedofilia berusia diatas 16
tahun, dan setidaknya 5 tahun lebih tua dari si anak yang dijadikan obyek
seksualnya.
Orang dengan pedofilia bisa tertarik dengan anak laki-laki atau perempuan,
walaupun hampir dua kali lipat ketertarikan lebih banyak pada anak laki-laki.
Biasanya orang dengan gangguan ini mengembangkan prosedur dan strategi untuk
mendapatkan akses dan kepercayaan anak-anak.
·
Seksual masokisme
Masokisme
adalah istilah yang digunakan untuk kelainan seksual tertentu, namun yang juga
memiliki penggunaan yang lebih luas. Gangguan seksual ini melibatkan kesenangan
dan kegembiraan yang diperoleh dari rasa sakit pada diri sendiri, baik yang
berasal dari orang lain atau dengan diri sendiri.Gangguan ini biasanya terjadi
sejak kanak-kanak atau menginjak remaja yang sudah mulai kronis. Orang dengan
gangguan ini mencapai kepuasan dengan mengalami rasa sakit. Masokisme adalah
satu-satunya kelainan paraphilia yang dialami oleh perempuan, sekitar 5 persen
makosis adalah perempuan.Istilah ini berasal dari nama seorang penulis asal
Austria pada abad ke-19, Leopold von Sacher-Masoch, yang novelnya sering
menyebutkan karakter yang terobsesi dengan kombinasi seks dan rasa sakit.Dalam
arti lebih luas, masokisme mengacu pada pengalaman menerima kenikmatan atau
kepuasan dari penderitaan sakit. Pandangan psikoanalitik bahwa masokisme adalah
agresi berbalik ke dalam, ke diri, ketika seseorang merasa terlalu bersalah
atau takut untuk mengungkapkannya secara lahiriah.
·
Seksual sadism
Seorang
individu sadisme mencapai kepuasan seksual dengan menyakiti orang lain. Dalam
teori psikoanalitik, sadisme terkait dengan rasa takut pengebirian, sedangkan penjelasan
perilaku sadomasokisme (praktek seksual menyimpang yang menggabungkan sadisme
dan masokisme) adalah perasaan secara fisiologis mirip dengan gairah seksual.
Kriteria diagnostik klinis untuk kedua gangguan ini adalah pengulangan dari
perilaku selama setidaknya enam bulan, dan kesulitan yang signifikan atau
penurunan kemampuan untuk berfungsi sebagai akibat dari perilaku atau terkait
dorongan atau fantasi.
Sadomasokisme bisa terjadi pada laki-laki dan perempuan, baik heteroseksual dan
hubungan homoseksual.
·
Transvestic fetisisme
Gangguan ini dicirikan dengan laki-laki heteroseksual yang mengenakan pakaian
perempuan untuk mencapai respons seksual. Gangguan ini dimulai pada saat remaja
dan masih diam-diam (tanpa ingin diketahui orang lain), dan kemudian saat
beranjak dewasa mulai berpakaian perempuan lengkap dan di depan umum.Sebagian
kecil laki-laki dengan transvestic fetisisme mungkin mengalami dysphoria
(ketidakbahagiaan dengan jenis kelamin aslinya), yang kemudian melakukan
pengobatan hormonal atau operasi pergantian kelamin untuk membuat mereka hidup
secara permanen sebagai perempuan.
·
Voyeurism
Voyeurisme
adalah paraphilia di mana seseorang menemukan kenikmatan seksual dengan
menyaksikan atau mengintip orang yang telanjang, membuka baju, atau melakukan
seks. Gangguan ini terjadi pada laki-laki dan yang menjadi obyek biasanya orang
asing.
Orang dengan voyeurisme atau voyeur berfantasi melakukan hubungan seks dengan
korbannya, tetapi ia tidak benar-benar melakukan itu. Voyeur mungkin mengintip
orang asing yang sama berulang-ulang, tapi jarang ada kontak fisik.
·
Bestialitas
Bestialitas atau zoophilia
adalah istilah yang menggambarkan perasaan atau perilaku seks yang melibatkan
hewan. Perasaan seksual orang dengan bestialitas mungkin berfokus pada hewan piaraan
seperti anjing, atau hewan ternak seperti domba atau kambing.
·
Necrophilia
Necrophilia adalah istilah yang menggambarkan perasaan atau perilaku seksual
Yang
selanjutnya adalah onani. Onani, masturbasi, coli, merupakan satu
istilah untukmenyatakan kegiatan yang
dilakukan seseorang remaja
dalam memenuhi kebutuhan seksualnya, dengan menggunakan tambahan alat bantu
sabun atau benda-benda lain, sehingga dengannya dia bisa mengeluarkan mani dan
membuat dirinya (lebih) tenang.
Istilah
Onani sendiri, berasal dari kata Onan, salah seorang anak dari Judas, cucu dari
Jacob. Dalam salah satu cerita di Injil, diceritakan bahwa Onan disuruh ayahnya
(Judas) untuk bersetubuh dengan istri kakaknya, namun Onan tidak bisa
melakukannya sehingga saat mencapai puncaknya, dia membuang spermaatau mani-nya di luar . Onani adalah pemuasan hasrat
seksual yang dilakukan oleh diri sendiri dengan melakukan gerakan yang dapat merangsang
alat vital.Baik dengan mengunakan tangan sendiri atau alat bantu. Adapun dampak onani
Terlalu sering masturbasi menyebabkan ejakulasi dini. Ejakulasi
berikutnya juga akan memakan waktu lama. Bagi pria yang masturbasi beberapa
kali sebelum berhubungan intim, akan sulit mencapai klimaks. Masalah lain yang timbul adalah
berkurangnya sensitivitas terhadap sentuhan orang lain, dan lebih akrab dengan
sentuhan diri. Terlalu sering melakukannya juga dapat memicu kulit lecet,
pembengkakan organ intim karena tidak menggunakan pelumas.
·
Rasa bersalah
Masturbasi berdampak negatif secara psikologis. Banyak orang merasa malu
dan bersalah setelah melakukannya karena terbentur nilai-nilai budaya, agama
atau moral. Tarik menarik antara
kesenangan dan menahan diri berdampak pada harga diri, rasa percaya diri dan
cinta. Perasaan bersalah dapat memicu efek psikosomatis seperti sakit kepala,
sakit punggung, dan sakit kronis.
·
Masturbasi kronis
Masturbasi kronis mempengaruhi otak dan kimia tubuh akibat kelebihan
produksi hormon seks dan neurotransmiter. Meski dampaknya pada setiap orang
berbeda, terlalu sering masturbasi
dapat memicu gangguan kesehatan seperti kelelahan, nyeri panggul, testis sakit,
atau rambut rontok.Masturbasi berkaitan dengan berkurangnya produksi testosteron
dan DHT. Berkurangnya produksi testosteron juga terkait dengan kebiasaan dan
gaya hidup seperti konsumsi alkohol, merokok dan berolahraga.Jika gaya hidup
cenderung normal, namun memiliki kebiasaan masturbasi sebaiknya kurangi
aktivitas seksual itu untuk mengurangi keluhan. Jika keluhan tak kunjung reda,
hubungi dokter untuk pemeriksaan medis.
·
Masturbasi kompulsif
Masturbasi ini mempengaruhi kehidupan karena sudah menjadi kebiasaan.
Sebagian pria yang masturbasi enam kali sehari bisa saja merasa produktif,
sementara lainnya merasa sebaliknya.
Masturbasi kompulsif dapat berdampak negatif pada pekerjaan, hubungan
dengan pasangan, harga diri, keuangan, dan sosial, jika tidak dapat
menyeimbangkan antara kebutuhan pribadi dan hasrat.
2.
Hal Negatif Yang Dilakukan
Remaja Putri Pasca Melakukan Hubungan Seks Pranikah
Sesungguhnya bukan hal baru, apabila belakangan muncul informasi tentang
seks pranikah di kalangan remaja. Pada era 80-an, bahkan jauh sebelum itu,
sebenarnya telah dikenal pergaulan bebas di kalangan remaja yang berujung pada
hubungan intim layaknya suami-istri. Hanya saja, ketika itu “gaya hidup” bebas
tersebut masih terbatas pada kalangan menengah ke atas, khususnya di kota-kota besar dan jarang terdengar di ruang publik. Seiring perkembangan zaman, kemajuan
teknologi-informasi, dan penetrasi masif budaya barat, perilaku seks bebas
mulai dianggap wajar di kalangan remaja. Pemahaman seperti itu tak hanya
dimiliki remaja-remaja di kota besar, tetapi telah menyusup kota kecil,
bahkan sampai ke kota kecamatan. Sejalan dengan itu, belakangan pun banyak
beredar rekaman video atau foto hubungan mesum para remaja lewat telepon
genggam dan internet. Tak ada lagi rasa risih pada sebagian remaja untuk
mempertontonkan perilaku tak senonoh itu.
Tak heran bila Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
pada 2010 menunjukkan sekitar 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan
hubungan seks pranikah. Tak hanya Jakarta, BKKBN pun memiliki data tentang seks
pranikah yang dilakukan remaja di Surabaya yang tercatat mencapai 54 persen,
Bandung 47 persen, dan 52 persen di Medan. Sedangkan di Yogyakarta yang dikenal
sebagai “Kota Pelajar”, sekitar 37 persen dari 1.160 mahasiswa mengaku mengalami
kehamilan sebelum nikah.
Setidaknya ada tiga hal negatif, terutama yang akan diderita remaja
putri pasca melakukan hubungan seks
pranikah.
Pertama, apabila dari hubungan tersebut terjadi kehamilan dan
diputuskan untuk digugurkan, nyawa menjadi taruhannya. Dalam berbagai kasus
aborsi, tak hanya bayi yang dikorbankan, sang ibu pun tak jarang meregang
nyawa. Bila hal ini terjadi, kenikmatan sesaat yang diperoleh harus dibayar
dengan sangat mahal. Data BKKBN juga menunjukkan setiap tahun sedikitnya
terjadi 2,4 juta kasus aborsi, termasuk 800.000 kasus yang dilakukan kalangan
remaja.
Kedua, apabila pasangan yang telah melakukan seks pranikah
dipaksa untuk menikah, keluarga yang dibangun pasti tak memiliki fondasi yang
kuat. Usia yang belum matang untuk mengurus anak, emosi yang labil, dan
kebergantungan pada orangtua, membuat suasana dalam rumah tangga bak di neraka,
sehingga keluarga yang dibangun tak berlangsung langgeng.
Ketiga, hubungan seks pranikah bisa menjadi awal bagi remaja
jatuh ke lembah prostitusi dan narkoba. Seks, prostitusi, dan narkoba, saling
kait-mengait dan terbukti telah menjerumuskan sebagian remaja dalam kehidupan
kelam. Tak hanya itu, risiko tertular HIV pun semakin besar di kalangan remaja
yang telah akrab dengan prostitusi dan narkoba.
3. Informasi
Pendidikan Seksual
Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa
depan untuk generasi
mendatang, maka dalam rangka menjamin pemenuhan hak seksual dan kesehatan
reproduksi untuk remaja, maka ada beberapa upaya yang harus dilakukan secara
terpadu dan lintas sektor.Untuk itu, perlu dibangun komitmen bersama antar
elemen, baik pemerintah maupun masyarakat, yang menetapkan kesehatan reproduksi
remaja sebagai
agenda/isu bersama dan penting. Harus ada keyakinan bersama bahwa membangun
generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan sejak dalam
kandungan. Untuk itu,
harus ada kesadaran bersama bahwa upaya yang dilakukan saat ini tidak serta
merta tampak hasilnya, namun perlu waktu panjang untuk memetik hasilnya.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan
reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja,
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Pemberian informasi ini dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada
remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun
keluarga dan masyarakat. Untuk itu, pemerintah bersama LSM dan masyarakat dapat
menjadi inisiator lahirnya kebijakan. Kebijakan itu misalnya dengan memberikan
keputusan bahwa seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta mempunyai kewajiban
memberikan informasi kesehatan reproduksi remaja mulai SD hingga SMU. Dengan
lahirnya kebijakan ini, maka sudah tidak ada alasan lagi bagi berbagai pihak
yang menentang pemberian informasi kesehatan reproduksi dengan alasan-alasan
yang tidak rasional.Informasi ini memberikan makna kepada kita bahwa bila para
stakeholder pendidikan, terutama Dinas Pendidikan dan Pemerintah Provinsi
mempunyai komitmen yang kuat, maka dapat saja hal itu dilakukan. Oleh karena
itu, diharapkan ada perlakukan yang sama untuk memberlakukan pendidikan
kesehatan reproduksi remaja sebagai muatan lokal di seluruh jenjang pendidikan
dari SD hingga SMU. Tentunya di tiap jenjang pendidikan, kurikulum pendidikan
kesehatan reproduksi remaja juga berbeda antara yang diberikan kepada SD
ataupun SMU. Pendidikan kesehatan reproduksi yang dimaksud di sini tidak ada
hubungannya dengan teknik-teknik hubungan seks, namun merupakan sekumpulan
pengetahuan yang berisi tentang pengenalan dan fungsi-fungsi organ reproduksi
(termasuk di dalamnya proses terjadinya menstruasi dan mimpi basah), proses
terjadinya pembuahan, pengetahuan infeksi, HIV/AIDS, pengetahuan tentang gender
dan risiko-risiko hubungan seks yang tidak bertanggung jawab.
Dengan memberikan waktu
khusus pendidikan kesehatan reproduksi remaja dalam sekolah, maka akan ada
upaya-upaya sistematis dan terencana dalam pemberian informasi kepada anak
didik, sehingga pada gilirannya mereka dapat mengetahui dan bertanggung jawab
atas perilaku seksualnya di masa depan. Sisi lainnya adalah memberikan
benteng/pertahanan kepada remaja itu sendiri untuk secara tegas dapat bersikap
atas maraknya informasi pornografi yang beredar di masyarakat, baik dalam
bentuk tulisan, maupun elektronik. Upaya ini memerlukan dukungan dari berbagai
pihak, terutama para stakeholder dalam pendidikan yang berani berpikir secara
kreatif dan inovatif dalam melahirkan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada
remaja di Jawa Tengah. Sudah saatnya diakhiri hal-hal yang kontraproduktif dan
polemik yang mempertentangkan antara pendidikan kesehatan reproduksi dengan
pornografi. Area pembatas kedua hal ini sudah sangat jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan. Kekhawatiran bahwa dengan informasi pendidikan kesehatan
reproduksi para murid (anak didik) akan meniru juga berlebihan, karena di dalam
informasi pendidikan kesehatan reproduksi remaja memang tidak ada sesuatu yang
patut ditiru. Jadi sebenarnya tidak ada sesuatu yang patut dicurigai atau
bahkan dikhawatirkan.
Kita sepakat, tidak rela melihat anak-anak kita
menjadi generasi penerus yang lemah dan menderita hanya gara-gara mereka
melakukan praktik-praktik seksual yang tidak bertanggungjawab di masa mendatang
disebabkan pengetahuan mereka yang rendah.
Upaya lainnya adalah memberikan porsi dan kesempatan yang seluas-luasnya
pendidikan moral/agama kepada seluruh anak/remaja, dengan memberikan informasi
yang komprehensif bahaya dan akibat-akibat yang ditanggung remaja bila
melakukan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Informasi kerugian
fisik, mental dan spiritual harus dijelaskan secara seimbang dengan hal-hal
yang terkait dengan moral /agama bila sampai terjadi perilaku seks yang tidak
bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, mencegah terjadinya perilaku seksual yang
tidak bertanggung jawab jauh lebih baik dari pada harus menyelesaikannya bila
hal tersebut sungguh-sungguh terjadi. (29) -Farid Husni, Direktur Pelaksana
Daerah PKBI Jawa Tengah,
LSM yang aktif di bidang kesehatan reproduksi.
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial.
Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat
dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya
dorongan motivasi seksual yang menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan
masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja dengan segala konsekuensinya
yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta narkotika. Permasalahan
remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta
kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri
mengalami perubahan fisik yang cepat. Harus ada keyakinan bersama bahwa
membangun generasi penerus yang berkualitas perlu dimulai sejak anak, bahkan
sejak dalam kandungan.
Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan pengetahuan yang pada
gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk bertindak secara
bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat.
2. Saran
·
Para
orang tua harus secara aktif memberikan informasi kepada anak-anak mereka
tentang pentingnya kesehatan seksual serta dampak yang ditimbulkan akibat
hubungan seksual.
·
Bagi
pemerintah lebih berperan aktif lagi
melakukan penyuluhan tentang penyakit menular seksual
·
Bagi
remaja harus lebih berhati-hati dalam menafsirkan hubungan seksual dan lebih
banyak mencari informasi tentang kesehatan seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, M
. 1984.
Penyakit Menular Seksual.Jakarta
: Gramedia
Manuaba, IBG
. 1999.
Memahami
Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta
: Arcan
Rabe, Thomas
. 2002.
Buku
Saku Ilmu Kandungan. Jakarta
: Hipokrates
Setia Perdana. 2011.”Pentingnya Kesehatan
Reproduksi bagi Remaja” (online) ( http://artikel-aliansiremajaindependen.blogspot.com/2011/05/pentingnya-kesehatan-reproduksi-bagi.html)