Angiin semilir
berhembus, rerumputan dengan indah bergoyang tanpa ada penghalang,suara kicauan
burung menambah semaraknya pagi, semakin menambah indahnya pagi. Padi mulai
menguning,sekekali terdengar suara embun jatuh dari dahannya. Udara pagi nan
segar dan dingin menambah indahnya desaku, desa yang jauh dari kota, yang jauh
dari kericuhan, jauh dari segala semaraknya kota. Inilah desaku, penuh dengan
alam yang masih sangat almi. Desaku tempat dimana aku lahir, tempat dimana aku
menimba ilmu, tempat dimana aku merasakan cinta pertama kali. Tempat dimana aku
mulai mencintaii seseorang. Aku sungguh mencintai desaku. Namun aku tag akan
mengenang kembalii bagaimana aku bisa hidup didesaku ini, bagaimana aku tumbuh
didesaku, bagaimana kehidupanku, namun aku akan mengenang sebuah cerita, yang
lumrah dirasakan oleh semua insan didunia ini, yang setiap harii menjadi
perbincangan, yang setiap harii menjadi santapan. Ah Cinta, siapa pula yang tak
tahu cinta,, bahkan anak yang masih duduk dibangku TK sudah amat mengerti
tentang cinta. Cinta, memang sudah lumrah, namun aku akan mengenangnya kembali,
bukanlah hal yang dilarang bukan...?
Aku Tia.. aku
baru saja menyelesaikan studiku ditinggkat SMA, dah sekarang aku akan memasuki
PTS yang jauh dari tempat kelahiranku. Ini adalah kisahku, namun kisah yang
terindah bagiku. Kisah yang tak pernah aku banyakan sebelumnya.
◊ ◊
◊
Pagi yang cerah,
suara kicauan burung dan ayam beradu menjadi satu, membangunkanku. Desahan
angin membuatku malas beranjak dari tempat tidurku. Matahari pagi mulai
menampakkan diri dari persembunyiannya. Kubuka jendela kamarku, terlihat
padi-padi yang mulai menguning melambai-lambai kearahku seolah memberi sejuta
senyuman untukku.
Hari yang indah
tuk mulai merajut mimpi “ gumanku semangat
◊ ◊ ◊
Aku melangkahkan
kakiku menuju halaman rumahku, nampak sepii, hanya ada beberapa siswa yang
tengah bercengkrama dengan riangnya . memang rumahku sangat berdekatan dengan
salah satu SMA swasta di desaku. Disebrang sana aku melihat sosok yang selama
ini aku nanti,, sosok yang selama ini aku cinta. Entah bagaimana awalnya aku
mulai mencintainya. Dalam langkah malu-malu kudekati sosoknya, namun ku tak
berani memandang wajahnya walau hanya sekilas. Dia tak pernah tau perasaanku
padannya. Akupun tak pernah tau apakah dia balas mencintaiku atau tidak. Namun
aku cukup bahagia jika setiap hari dapat melihat wajahnya,melihat bayangannya.
Entah apa yang membuatku cinta padanya aku tak tau.. semakin hari rasa cinta
itu semakin besar.
◊ ◊
◊
Waktu terus berjalan,
bulan terus berganti. Entah kenapa rasa cinta yang dulunya besar mulai
berkurang sedikit demi sedikit. Aku tak tau persis sebabnya, mungkinkah karena
dia tak pernah menghiraukanku.
Malam ini, aku
duduk sendiri dikamarku, menanti sebuah jawaban yang tak kunjung aku temui.
Hatiku resah, aku tak tau harus bagaimana. Aku bingung, aku tak tau apa yang
aku resahkan. Inilah hidup berputar tak pernah menentu arahnya, kadang
membuatku bingung. Semua ini sungguh benar-benar membuatku tak mengerti.
Dalam kesendirianku
tiba-tiba ada seseorang mengetuk kamarku
“ iya.... tunggu
bentar bu....”” ujarku sedikit keras sambil terburu-buru membukakan pintu
kamarku
“ Ini Loh... ada
surat, Ibu gag tau dari siapa, tapi kayaknya untuk kamu nak....” ujar ibuku
sembari memberikan surat berwarna biru itu.
“ Makasii bu...”
ujarku sembari menutup pintu kamarku.
Dengan rasa
penasaran akupun membuka surat itu, ternyata benar, surat itu untuk aku.
Dengan saksama
akupun membacanya
Untuk Tia
Aku tak tau harus bagaimana
memulai menulis surat ini, namun aku
harus memulainya sebelum rasa ini hangus terbakar oleh cintamu yang telah
menyusup hingga kerelung-relung hatiku. Aku tak berusaha untuk menggombal, namun
inilah kenyataan.nya. sungguh
Aku tak tau harus memulai dari mana
mengungkapkan rasa yang membuatku sulit tuk mencari celah-celah cahaya yang
menandakan itu cintamu. Bantu aku mengisii setiap relung-relung hatiku. Aku
mohon..
Beri aku sedikit petunjuk akan
cintamu,,, aku tak berharap lebih akan cintamu. Namun aku akan datang menemui
sebagai pangeran terakhir untukmu. Bantu aku mencari celah dalam hatimu. Aku tak
ingin mati karena cinta yang begitu
menyiksaku.
Aku tau, kita tak boleh mencitai
ciptaan Tuhan melebihin cinta kepada Sang pencipta. Aku akui aku memang
mencintai sang penciptaku melebihi apapun, namun karena Dialah aku mencintaimu.
Bantu aku, jangan biarkan
sayap-sayapku patah karenamu,, jangan biarkan hatiku menangis karena cintamu.
Biarkanlah sayap-sayapku tetap mengepak diatas tubuhmu agar aku bisa
melindungimu setiap saat.
Bantu aku mengobati dahagaku akan
cintamu, bantu aku menyembuhkan hatiku yang terkoyak karena merindukanmu, bantu
aku mengobati hausku... aku mohon
Memang kini aku bukan pangeran
hatimu, namun yakinlah setiap saat aku kan melindungi dan yakinlah setiap saat
aku kan mencintaimu....
Sekali lagi beri
tau aku jika kamu mencintaiku. Tatap mataku jika kau juga mencintaiku.
Andi
Menetes air
mataku ketika aku selesai membaca surat itu. Kata-katanya begitu romatis, ya
setidaknya menurut aku. Penuh dengan kegombalan namun aku sangat menyukainya.
Ia Andi, dialah lelaki yang selama ini aku cinta, lelaki yang tak pernah
menampakan sedikit senyumnya untukku. Lelaki yang membuatku tak bisa mencintai
seseorang. Rasa yang semakin berkurang kini membuncah kembali bagaikan
meteor yang siap menghancurkan siapa
saja. Bagaikan luapan rasa yang tak bisa dibendung lagi. Oh hatiku serasa
berada dilangit ke-7 saat dia mengutarakan cintanya padaku. Ah betapa girangnya
hatiku,, mencintai dan dia membalas cintaku. Tak sabar rasanya aku ingin
berjumpa dengannya. Rasa rindu ini sudah begitu membuncah.
“ Aku sungguh
mencintaimu, karena sang penciptaku “ kata itu terus terngiang-ngiang dihatiku,
tak pernah sedikitpun aku membayangkan begitu besar cintanya padaku, aku tak
pernah membayangkan dia akan menemuiku tuk menjadi pangeran terakhirku. Aku
sungguh berada pada rasa diujung batas yang sulit aku artikan.
◊ ◊
◊
Pagi ini langit
begitu cerah, secerah hatiku.. hari ini sungguh berbeda. Hari inii dia datang
lebih awal dari biasanya. Menungguku disebrang rumahku. Tak kuasa ku tu
melihatnya, aku mengintip dari celah jedela kamar adiku, nampak dia disana
sedang memandangi rumahku. Ah aku sunggu tak sabar tuk mendekatinya. Dengan
langkah malu-malu aku mendekatinya. Kini
aku tepat berada dihadapannya. Tak malu lagi aku memandang matanya, dia menatap
wajahku. Sayu-sayu kupandangi matanya. Memberi isyarat padanya bahwa aku juga
mencintainya , bahwa aku juga menaruh harapan padanya. wajahku bersimbu merah
ketika dia memadangku. Tak ada perbincangan, tak ada komunikasi sama sekali
diantara kita, hanya lewat mata kita bernostalgia, berbagi cerita, memuaskan
dahaga yang membelenggu,hanya lewat mata ku mengutarakan cintaku. Namun satu
yang aku ingin lihat darinya,, senyumnya. Tak ada senyum sedikitpun
untukku,espresi wajahnya datar, sehingga aku kesulitan menemukan arti dari
pandangannya. Ah aku ingin melihatnya tersenyum walau hanya satu kali saja. Tak
lama kami berpandangan, waktu menunjukan pukul
07.00. ayahkupun mengantarku kesekolah. Akupun tak henti melihatnya, dia
mencoba mencari bayangnku dari kejauhan mencoba terus melihatku, akupun terus
mencari bayangannya sampai dia benar-benar tak terlihat olehku. . .
Tak terasa bel pulangpun berbunyi.
Ingin segera ku berlari kalau perlu aku terbang tuk menyambut sang pangeran
hatiku, namun aku tak kuasa. Aku harus menunggu. Aku benci menunggu. Ah tak
lama waktu berselang. Aku tiba dirumahku, agak telat dari jadwal biasanya.
Namun dia tetap menungguku disebrang rumahku, tak jenuh dia menunggu. Aku
bahagia. Cintaku padanya kian memuncak. Kini giliranku yang mencari celah
bayangannya ketika dia menjauh dariku. Benar-benar tak ada komunikasi diantara
kita.
◊ ◊
◊
Waktu terus
berjalan. Menyisakan kenangan yang tak mungkin terhapus begitu saja. Kenangan
yang indah,, kenangan manis. Kini 1 tahun sudah kita memadu kasih. Namun tak
sedikitpun kau pernah berbicara padaku, tak sedikitpun kau pernah tersenyum
padaku, hanya lewat mata kau dan aku berkomunikasi. Namun bagiku itu sudah
lebih dari cukup. Aku tak akan menuntut banyak darimu karena memang aku
mencintaimu.
Begitu singgkat
waktu yang kujalani dengannya. Begitu indah tak pernah membawa luka. Kisahku
denganmu selalu diawali dengan kebahagian dan semoga diakhiri dengan kebahagian
pula. Aku selalu ingat kata-katanya, janji-janjinya. Tak pernah kulupakan
kata-kata dalam suratnya. Surat itu masih aku simpan rapat-rapat dilemariku,
berharap surat itu menjadi penghibur disaat ku rindu, disaat ku sedih. Waktu
memang berlalu begitu cepat. Kini dia harus meninggalkan sekolahnya karena dia
telah Lulus SMA. Sejak dia lulus, tak ada kabar sedikitpun darinya, aku bimbang
tak tau harus mencari kemana dia. Hanya sedikit kabar yang aku peroleh darinya,
hanya sedikit yang aku tau tentangnya dari temannya bahwa dia bersekolah
disalah satu UNIVERSITAS dikota. Dan sejak saat itu aku bertekat tuk
melanjutkan sekolah diuniversitas yang sama dengannya jika aku lulus nanti.
Aku benar-benar
bingung, aku benar-benar tak mengerti, dia meninggalkanku tanpa ada janji
terukir darinya, tanpa adanya salam perpisahan, tanpa adanya surat. Dia
benar-benar pergi meninggalkanku. Tanpa meninggalkan sesuatu yang bisa kami
jadikan alat tuk berkomuniasi. Ya Tuhan aku sungguh mencintainya. Kan kusimpan
rapat-rapat sampai kau pertemukan kami kembali.
◊ ◊
◊
2 tahun sudah
berlalu, sejak sekian lama menunggu akhirnya aku lulus Dari SMA, dan berharap
aku bisa satu universitas dengannya. Aku tetap masih mencintaainya sampai
sekarang. Rasa ini tak akan pernah terganti untuknya. Kamu dimana? Benar-benar
tak ada sedikitpun kabar darimu, benar-benar kamu menghilang dariku. Aku
merindukanmu.
Aku mencoba
mendaftar masuk di universitasnya. Namun betapa kecewanya hatiku, aku tak
berhasil menembusnya. Mungkin Tuhan belum mempunyai Rencana untuk kita berdua.
Lambat waktu
berjalan bagiku, aku benar-benar merindukannya. Namun tak ada sedikitpun kabar
darinya. Dan kini aku akan pergi jauh dari desa kelahiranku,pergi jauh dari
tempat dimana kita sering memadu kasih, tempat kita bernostalgia berdua. Ah
Tuhan mempunya rencana lain untuk kita. Tenanglah.
◊ ◊
◊
Malam yang sepi, ditaburi banyak
bintang, hari ini cukup menggembirakan bagiku, aku menerima sepucuk surat
darinya. Menjawab semua penantianku selama bertahun-tahun. Mengobati hausku
akan cintanya. Mengobati dahagaku yang telah lama kering. Menggobati hatiku
yang telah lama terkoyak karena ciintanya.
Tia
Sayang.....
Maafkanlah aku
yang tak pernah memberi kabar padamu,,,,
Bukannya aku tak
mencinta, bukannya aku perpaling,,, namun karena aku mempunyai rencana lain tug
masa depan kita. Tenanglah kasih aku tak akan pernah berpaling. Aku selalu
mencintaimu.
Kasih aku selalu
menepati janjiku tuk slalu menjagamu, aku slalu memantaumu walau dari jauh, aku
slalu mendengar kabar tentang.mu walau kita berjauahan
Tia, aku
mendengar kabar keberangkatanmu minggu ini, betapa terkoyak hatiku mendengarnya,hatiku
hancur, namun aku harus mengikhlaskanmu. Berjanjilah padaku, kau akan tetap
mencintaiku...
Tolonglah aku,,,
jangan lupakanlah aku, berjanjilah padaku suatau saat nanti kau akan kembali
tug mengobati dahagaku. Berjanjilah jika kau tak akan berpaling? Sungguh. Aku
yakin pastii kau masih mencintaiku.....
Jika kau kembali
nanti. Akan ku tunggu kau, ditempat kita bernostalgia dulu, tempat kita pertama
memadu kisah, memadu cinta, memadu rindu... tetaplah mencintaiku, aku kan menunggumu
dan suatu saat nanti aku kan menemuimu dan menjadikanmu permaisuri terakhirku,
karena aku tau kau cinta sejatiku.
Kasih tenanglah,
Tuhan punya rencana lain untuk kita.. kasiih ketauilah selama ini aku tag
pernah mengajakmu berbicara, tak pernah menyentuhmu, tak pernah bisa memilikimu
seutuhnya. Karena aku mau kau menjadi halal bagiku, baru aku kan menyerahkan
semuanya untukku. Aku tak ingin menodaimu karena cintaku walau hanya menyentuh
jemarimu, aku tak ingin mengotori orang yang paling aku cintai walau hanya
membelai rambutmu. Cukuplah dengan memandang matamu ku bisa merasakan cintamu,
walau aku tau aku telah merusakmu dengan mengotori matamu. Kasih, aku tag ingin
memilikimu kini, aku hanya ingin memeliki seutuhnya, menjadikanmu halal bagiku,
memilikimu dengan sempurna.
Percayalah, jika
kusukses nanti, aku kan membawamu ke altar suci tuk mengikat tali suci kita
untuk selamanya sehidup sematiku. AKU SUNGGUH MENCINTAIMU KARENA SANG
PENCIPTAKU.
Andi
Hilang sudah
keraguanku akannya. Cintaku makin besar untuknya. Dan percayalah aku juga
mencintainya karena sang penciptaku. Kan ku tunggu diia, kan ku tunggu sampai
Tuhan benar-benar menyatukan aku dengannya. Akan ku tunggu janjinya. Karena
memang dialah cintaku.
◊ ◊
◊
Waktu terus
berjalan., 5 tahun sudah semenjak aku membaca surat terakhir darinya. Tak
pernah ada sedikitpun komunikasi diantara kita. Namun aku selalu setia menanti
kehadirannya. Tak pernah terpesit dipikiranku tuk menggantikannya dengan yang
lain, walau banyak cinta yang datang, aku menolak. Tetap setia menunggu
kedatangannya, sampai Tuhan menyatukan kita kembali. Kini aku sudah
menyelesaikan Studiku di yogyakarta, dan bekerja disalah satu rumah sakit.
Alhamdulillah aku telah memiliki gaji sendiri yang lumayan besar. Namun umuurku
juga sudah dikatakan dewasa, orang tuaku menuntutku untuk segera menikah. Namun
aku slalu menolaknya. Aku masih menunggu janjinya. Tak perduli aku menjadi
perawan tua. Aku tetap akan menunggunya. Karena aku yakin Tuhan akan
mempertemukan kita.
◊ ◊
◊
Pagi yang cerah,,
aku berjalan-jalan dikompleks desaku, sendiri, slalu menunggu kehadirannya. Aku
menatap tempat dimana kami sering bernostalgia, namun kehadirannya tak kunjung
aku dapatkan. Hatiku serasa ada yang kosong, ada yang hilang. Namun ketika aku
sedih aku slalu membaca surat terakhir darinya membuatku bersemangat menjalani
hariku tnpanya. Ah tak terasa waktu menunjukan pukul 07.00 aku bergegas menuju
rumahku. Namun ada yang berbeda, rumahku dipenuhi banyak orang. Aku bergegas
masuk. Seketika wajah yang selama ini aku rindukan berada dihadapanku, membawa
sejuta kejutan. Mengobati jiwaku yang kosong. Dia datang menepati janjinya
menjadikan aku permaisuri terakhir untuknya. Dia datang melamrku, mengajaku ke
altar suci, menjaadikan aku halal untuknya.
“ Maukah kamu
menikah denganku, menjadi permaisuri terakhirku? “ujarnya penuh keyakinan. Dan
detik itu juga aku mengiyakan lamarannya. Senyumnya merekah. Baru kali ini aku
melihatnya tersenyum. Sunggu manis. Sangat manis pengeran terakhirku ini. Aku
sunggu bahagia. Terimakasih Tuhan kau telah mempertemukan kami. Inilah buah
dari kesabaranku. Kini dia akan menjadi halal bagiku dan aku akan slalu
melihatnya tersenyum. Senyum yang hanya miliku.
◊ ◊
◊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar